BALIKPAPAN–Singapura dan Batam sudah terinfeksi virus cacar monyet. Balikpapan ikut waspada mengingat ada rute penerbangan langsung tujuan Negeri Singa. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Balikpapan bersama Angkasa Pura (AP) I memperketat pengawasan di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan.
Penumpang hingga barang yang berasal dari penerbangan internasional tidak luput dalam pengawasan. “Bukan hanya manusia, barang bisa menjadi sumber penularan. Kemudian jika ada binatang yang terikut dan mampu menjadi vektor. Contoh kecoa atau tikus jadi penyebar penyakit,” kata dokter karantina KKP Julfi Sembiring. Pihaknya telah menjalankan standar operasional prosedur (SOP) pengawasan kesehatan. Tidak begitu berbeda seperti waspada pada wabah penyakit sebelumnya. Di antaranya virus Zika dan MERS-CoV. Caranya dengan melakukan pemindaian suhu tubuh melalui alat thermal scanner.
Ketika penumpang turun dari pesawat dan masuk ke terminal kedatangan, KKP sudah menyambut penumpang dengan alat tersebut. Tepat sebelum penumpang melalui pemeriksaan imigrasi. “Salah satu tanda terjangkit virus dari demam, suhu tubuh naik di atas normal, ini kan reaksi daya tahan tubuh terhadap serangan yang masuk ke tubuh,” ucapnya. Alat thermal scanner terdiri dari tiga perangkat. Yaitu monitor, kamera, dan sensor tubuh. Setiap kali penumpang melewati thermal scanner, nantinya suhu tubuh mereka dapat terdeteksi dan terpampang di monitor.
Sehingga sangat mudah untuk melakukan pemeriksaan, penumpang tidak perlu bersusah payah dan hanya tinggal sambil lewat saja. Kemudian petugas akan memantau suhu tubuh mereka dari monitor. Jika suhu tubuh berada di bawah 38 derajat, maka angka yang tampil berwarna hijau. Itu berarti penumpang berada dalam keadaan normal. Namun, jika suhu tubuh lebih dari hitungan batas normal itu, maka akan muncul tanda berwarna merah sebagai tanda peringatan.
Selain deteksi suhu tubuh, ciri-ciri cacar monyet bisa dilihat dari pemeriksaan fisik. Mereka yang terkena cacar akan muncul ruam. “Khas cacar monyet, ruam banyak terlihat di wajah. Kemudian ruam kulit merah ini lebih ekstrem dibanding cacar lain,” tuturnya kemarin, Jumat (17/5). Apabila terdapat penumpang yang diduga terjangkit, petugas akan segera mengamankan penumpang ke dalam ruangan isolasi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Maka dari itu, petugas KKP yakni dokter dan perawat selalu stand by di ruangan karantina. Fasilitas karantina yang disediakan AP I pun sudah lengkap menyesuaikan kebutuhan.
“Misalnya tidak boleh menggunakan AC central, tapi AC split. Kemudian tersedia jalur evakuasi khusus. Semua untuk meminimalisasi airborne dan kontak dengan orang lain,” jelasnya. Setelah itu, mereka dirujuk ke rumah sakit yang sudah memiliki kapasitas untuk penanganan penyakit menular. Seperti Rumah Sakit Dr Kanujoso Djatiwibowo (RSKD). Selama dalam karantina, KKP bertugas menjaga agar virus tidak tersebar ke luar. Kemudian memberikan penanganan sementara apabila dibutuhkan penumpang. Misalnya jika sesak napas hingga demam tinggi yang mengancam jiwa.
“Sudah tersedia alat dan obat untuk penanganan darurat. Sembari menunggu koordinasi penanganan di rumah sakit,” pungkasnya. (gel/riz/k15)