Melihat Pahala

- Jumat, 17 Mei 2019 | 10:53 WIB

PEMANDANGAN biasa yang terjadi setelah sepuluh hari Ramadan ke atas adalah masjid-masjid di Tanah Air, sudah mulai tidak ramai. Berbeda dengan awal-awal Ramadan, masjid penuh sampai teras. Kadang pengurus masjid menyediakan tenda tambahan untuk menampung jamaah yang antusias melaksanakan ibadah salat Tarawih.

Makin mendekati akhir Ramadan, barisan jamaah salat semakin mengalami kemajuan. Masjid semakin lapang. Sebagian jamaah mungkin sudah memindahkan masjidnya ke mal-mal atau pusat perbelanjaan.

Kurang bagaimana lagi keistimewaan Ramadan. Banyak sekali dalil agama yang sahih dan tak terbantahkan memaparkan tentang pahala yang berlipat ganda dari amal perbuatan yang dilakukan pada bulan suci itu.

Tetapi kabar gembira ini seakan tidak memiliki efek bagi sebagian orang untuk konsisten  melakukan amalan-amalan seperti awal Ramadan yang berlomba-lomba tarawih, membaca Alquran, dan melakukan kebajikan-kebajikan lain. Pahala-pahala menjadi kabur dan bias oleh diskon harga di pusat perbelanjaan. Potongan harga yang semu sering menggoda ketimbang bonus lipat ganda pahala yang pasti didapat sesuai janji Allah.

Apakah karena potongan harga dianggap nyata dan terlihat. Sementara pahala dianggap nisbi dan tidak bisa dilihat. Serta tidak bisa dirasakan langsung manfaatnya. Bisa jadi jawabannya betul. Banyak orang yang tidak sabar merasakan manfaat pahala secara langsung.

Amal kebajikan yang dilakukan hanya dimaknai seperti transaksi dalam dunia nyata, ada uang ada barang. Ada amal, langsung ada pahala. Perasaan seperti inilah menjadikan ibadah yang dilakukan seperti terasa sia-sia. Gairah untuk mendulang pahala di bulan suci menjadi luntur akibat perasaan yang tak berdasar.

SAKARATUL MAUT

Pahala-pahala atas amal perbuatan yang dilakukan memang tidak diperlihatkan ketika manusia masih menikmati hidupnya. Tidak ada satu manusiapun yang tahu seberapa besar pahala yang telah dikumpulkannya. Namun, sebuah riwayat cerita dari Rasulullah sebenarnya cukup menjadi petunjuk. Bahwa pahala diperlihatkan saat seseorang mengalami sakaratul maut.

Saat umurnya berada di injury time. Seluruh pahala atas amal perbuatan baik seseorang diperlihatkan. Rekaman-rekaman tersebut diputar ulang di ujung hayatnya. Flashback memori kebaikan dipertontonkan secara jelas. Pada saat seperti ini, barulah terasa penyesalan mengapa sewaktu hidup masih sehat dan nikmat tidak maksimal melakukan kebajikan yang berbuah pahala.

Hal di atas dialami oleh sahabat Rasulullah yang bernama Sya’ban. Pada suatu subuh, rasul tidak merasakan kehadiran Sya’ban yang dikenal suka mengambil tempat di sudut masjid ketika salat subuh. Rasul menunda salat Subuh untuk menunggu Sya’ban. Saat selesai subuh pun Sya’ban tetap tidak hadir.

Rasul mendatangi rumah Sya’ban, beliau mendapat kabar dari istri Sya’ban bahwa suaminya baru saja telah meninggal dunia. Dalam takziah tersebut, rasul mendapatkan pertanyaan dari istri Sya’ban kalimat-kalimat terakhir yang diucapkan suaminya sebelum meninggal.

Istri Sya’ban menceritakan bahwa Sya’ban sempat mengatakan sesuatu yang tidak jelas maknanya. “Aduh, kenapa tidak lebih jauh”, “Aduh kenapa tidak yang baru”, dan “Aduh kenapa tidak semuanya.”

Rasulullah kemudian tersenyum dan menjawab pertanyaan tersebut dengan didahului pembacaan ayat Alquran, “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini. Maka kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam” (QS Qaaf: 22).

Dilanjutkan dengan penjelasan bahwa ketika mengatakan kalimat yang dianggap tidak jelas tersebut, dengan penglihatannya yang tajam, Sya’ban menonton episode perbuatan baik yang telah dilakukannya beserta pahalanya. Ketika mengucapkan penyesalan “aduh, kenapa tidak lebih jauh”, ia sedang menyesal karena melihat betapa besar pahala pergi salat Subuh pada saat cuaca dingin menusuk. Dia malah menginginkan rumahnya lebih jauh, agar pahalanya jauh lebih besar.

Ketika ia mengucapkan “aduh, kenapa tidak yang baru”, tayangan pahala ketika ia memakai baju dua lapis saat kedinginan. Lalu menjumpai orang lain yang menderita kedinginan dan memerlukan baju untuk menghangatkan lebih dari dirinya dipertontonkan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X