Harga Makanan Hantui Tekanan Inflasi Ramadan

- Kamis, 16 Mei 2019 | 10:45 WIB

SAMARINDA-Inflasi Kaltim triwulan II 2019 diperkirakan mencapai 3,07-3,47 persen year on year (yoy), jumlah itu lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Namun, risiko peningkatan inflasi kelompok bahan makanan bersumber dari naiknya permintaan masyarakat pada hari besar keagamaan nasional (HBKN) pada triwulan II 2019, tentunya memberikan tekanan yang lebih berat.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Muhamad Nur mengatakan, secara menyeluruh pada triwulan kedua tahun ini tentunya tidak akan setinggi pada triwulan pertama. Penurunan tekanan inflasi Kaltim triwulan II 2019 diperkirakan bersumber dari normalisasi harga komoditas kelompok bahan makanan, usai Ramadan nanti.

“lalu, kondisi cuaca yang lebih baik dibandingkan periode sebelumnya diyakini mampu mendorong produksi komoditas pangan, di wilayah Kaltim dan sentra produksi lainnya,” ungkapnya Selasa (14/5).

Selain itu, tambahnya, pemerintah daerah juga terus melakukan peningkatan produktivitas pertanian, melalui peningkatan alat mesin pertanian, penggunaan bibit unggul, optimalisasi metode tanam dan peningkatan jumlah irigasi. Kelancaran distribusi pangan juga terus dijaga melalui perbaikan infrastruktur, optimalisasi satgas pangan dan kerjasama antar daerah.

“Namun, Ramadan dan Idulfitri pasti memberikan tekanan lebih untuk inflasi triwulan kedua tahun ini,” ungkapnya.

Menurutnya, risiko peningkatan inflasi kelompok bahan makanan bersumber dari naiknya permintaan masyarakat pada HBKN saat ini. Namun Bank Indonesia dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Kaltim telah berkomitmen untuk terus melakukan program-program pengendalian inflasi, khususnya menjaga kestabilan harga komoditas pangan.

“Walaupun, kelompok inflasi lainnya diperkirakan mengalami peningkatan pada  triwulan II 2019. Tapi kita akan berusaha menekan kenaikan inflasi agar tetap terkendali,” jelasnya.

Utamanya, tambah Nur, pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, inflasi disebabkan oleh meningkatnya permintaan masyarakat selama periode Ramadan dan Idulfitri sesuai dengan pola seasonal-nya.

“Selain itu juga, aktivitas pemilihan umum dan legislatif yang dilakukan serempak pada tahun ini diperkirakan turut mendorong risiko tekanan pada kelompok ini,” katanya.

Dia menjelaskan, peningkatan tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau juga terkonfirmasi dari hasil survei BI periode Februari 2019 yang menunjukkan bahwa tingkat ekspektasi masyarakat terhadap kondisi harga-harga komoditas mengalami peningkatan. Peningkatan tekanan inflasi Kaltim triwulan II 2019 juga terjadi kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan.

“Naiknya tekanan inflasi kelompok ini dipengaruhi oleh tingginya permintaan terhadap angkutan udara yang diperkirakan selama periode HBKN,” tuturnya.

Dia mengatakan, namun demikian, penyesuaian harga avtur yang dilakukan pemerintah di awal tahun 2019 diperkirakan menjadi salah satu penahan risiko inflasi pada kelompok ini. Berdasarkan asesmen terhadap risiko-risiko selama triwulan II 2019, inflasi Kaltim diperkirakan berada pada kisaran 3,07-3,47 persen (yoy).

“Sehingga, tekanan inflasi pada Ramadan pasti terjadi dan memberikan risiko inflasi pada triwulan kedua,” pungkasnya. (*/ctr)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X