Warga RT 24, Sangasanga Dalam, Sangasanga, Kukar, berupaya menentukan nasib. Salah satunya melalui berdikari di bidang perkebunan dan pertanian. Sebagian besar lahan kampung yang dulunya kawasan tambang, perlahan mereka sulap menjadi bernilai ekonomis.
MUHAMMAD RIFQI, Sangasanga
SUMBER air bersih di RT 24 rusak berat. Aktivitas pertambangan batu bara jadi penyebab. Itu terjadi pada tahun 2000. Warga seolah tak mampu berbuat. Mereka hanya bisa menerima bantuan air bersih oleh perusahaan.
Belum lagi banjir lumpur juga pernah menerjang kawasan tersebut. Lumpur setinggi hampir selutut dewasa masuk ke permukiman dan rumah warga. Tetapi perusahaan tambang bergeming. Seolah bencana itu tidak ada sangkut paut dengan perbuatan mereka.
Peristiwa itu perlahan membuka mata warga. Aktivitas tambang hanya memberi dampak negatif ke lingkungan. "Itu juga yang membuat warga RT 24 tak mau lagi bergantung dengan aktivitas tambang. Kami memilih aktivitas yang baik untuk lingkungan seperti bertani, berkebun dan beternak," tambah Zaenuri, ketua RT 24.
Mereka pun membentuk kelompok Daya Karya Mandiri (DKM), wadah masyarakat mengembangkan keterampilan di bidang pertanian dalam arti luas. Salah satunya dengan mengembangkan peternakan sapi di kampung tersebut. Kini ternak tersebut dikembangbiakkan di lahan milik PT Pertamina dalam bentuk kandang. Saat ada 11 ribu hektare lahan PT Pertamina EP Field Sangasanga lainnya akan menjadi lokasi peternakan.
Dasi, ketua DKM mengatakan, lahan tersebut dulunya terbilang sangat kritis. Namun, warga sekitar berhasil membuat lahan tersebut memiliki unsur hara dan humus yang lebih banyak. Selain ditanami rumput-rumput untuk pakan ternak, di lahan pascatambang tersebut akan mulai ditanami pohon pisang. Batang pisang, kata dia, juga disukai oleh sapi.
"Di lahan ini nanti sapi dilepasliarkan. Kotoran sapi juga akan membuat tanah semakin subur. Sapi yang dilepasliarkan dan digembala, dagingnya juga akan lebih tebal. Makanya pemanfaatan lahan kritis ini kami harapkan juga bisa menjadi contoh," tambahnya.
Dia pun berharap status peminjaman lahan dalam jangka waktu lebih lama bisa diberikan oleh PT Pertamina. Hal ini juga akan memengaruhi perkembangan peternakan sapi tersebut. Pasalnya, bantuan pemerintah biasanya juga berkaitan dengan kejelasan status lahan yang dikuasakan oleh warga.
"Saat ini keliling lahan juga sudah diberi pagar duri bantuan dari PT Pertamina. Sehingga sapi juga tidak keluar dan tetap di lokasi lahan. Untuk sementara sapi masih di kandang sampai treatment lahan kritis selesai. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa terealisasi," tutup Dasi. (ndy/k16/bersambung)