Kilir Lidah Kapten Zhang

- Senin, 13 Mei 2019 | 15:41 WIB

Sudah setahun, namun serasa baru kemarin. Saat tumpahan minyak ribuan ton di Teluk Balikpapan merenggut lima nyawa. Jangkar kapal yang merobek pipa minyak Pertamina di dasar teluk disebut sebagai pemicu.

HUKUMAN telah dijatuhkan. Kapten Zhang Deyi, warga negara asing (WNA) asal Tiongkok, nakhoda kapal MV Ever Judger, telah divonis hukuman 10 tahun penjara dan denda Rp 15 miliar. 

Majelis hakim Pengadilan Negeri Balikpapan mengetuk palu pada Senin, 11 Maret 2019. Zhang menghormati proses hukum di Indonesia. Meski dia merasa menjadi “kambing hitam” dan menilai vonis tersebut tidak adil. Karena itu, dia pun mengajukan banding dan sedang proses di Pengadilan Tinggi Samarinda.

Dibesuk Kaltim Post empat kali di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II Balikpapan, dia tampak sehat. Seiring waktu, dia dapat berbaur dengan penghuni lainnya. Namun, tetap menggunakan bahasa isyarat. Sebab, pria 50 tahun yang memiliki satu putri semata wayang itu hanya bisa berbahasa Mandarin dan Inggris. Kampung halamannya di Kota Dalian. Kota pelabuhan dan terbesar kedua setelah Shenyang di Provinsi Liaoning, Tiongkok.

Awalnya dia enggan menerima kunjungan Kaltim Post. Tapi setelah dilakukan pendekatan dan izin tim kuasa hukum Christie Alliance Law Practice yang berkantor di Jakarta itu, Zhang akhirnya mau menerima dan melayani percakapan.

Zhang kemudian bertutur, sejak 1990, dirinya mulai berlayar dan jabatan kapten kapal pada 1999 sudah dia sandang. Sedikitnya dia telah berlayar ke 50 negara dan 400 pelabuhan di seluruh dunia. Malang tak bisa ditolak, baru di Balikpapan dia mengalami insiden. “Saya baru pertama kali berlayar ke Balikpapan,” ucapnya.

Jika direntet ke belakang, sebelum insiden terjadi kilir lidah (slip of the tongue). Menurut ilmu psikolinguistik, ini adalah fenomena dalam produksi ujaran di mana pembicaraan “terkilir” lidahnya. Jadi, kata-kata yang diucapkan bukanlah kata yang dimaksudkan.

Zhang, sebagaimana juga terungkap dalam persidangan menyebut slip lidah dan perintah. Itu terjadi saat bersama pandu kapal bernama Sodikin dia mengarahkan kapal mencari lokasi labuh jangkar yang aman. Percakapan dengan Sodikin saat itu diteruskan ke mualim 1, Lu Wenshan, yang berada di ujung kapal. Mereka berkomunikasi melalui radio HT. Sodikin berada di anjungan bersama Zhang.

Zhang Deyi dalam keadaan kilir lidah menyatakan 1 segel (27,5 meter), dan bukannya 1 meter. Belajar dari kejadian tersebut, Zhang berharap, sistem yang baik (Sistem Kepelabuhanan ataupun Sistem Perpipaan) bertujuan mencegah terjadinya bencana lanjutan, yang di luar kuasa manusia, baik karena bencana maupun kecelakaan.

Sebelum berlayar ke Balikpapan, Zhang telah menerima versi digital dari peta perairan Teluk Balikpapan (ECDIS) yang sama dengan Peta Laut Indonesia No 157. Namun, peta laut tersebut tidak mencantumkan lokasi labuh jangkar.

Lebih lanjut, pada peta laut dan ECDIS, posisi buoy yang seharusnya di luar (untuk menandakan dan melindungi) jalur pipa bawah laut pada kenyataannya terletak di dalam setelah jalur pipa. “Tidak mungkin saya jauh-jauh dari Tiongkok sengaja tabrak pipa. Vonis hakim yang menyatakan saya sengaja tabrak pipa, padahal saya tidak sengaja,” ucapnya.

Ahli psikiatri Prof dr Soewadi MPH PhD Sp KJ (K) dari Universitas Gadjah Mada Jogjakarta yang dihadirkan di persidangan menjelaskan, slip of the tongue sebenarnya adalah salah lidah. Ingin mengucapkan suatu kata tetapi kata yang hendak dikeluarkan tersebut malah tertukar dengan kata yang lain.

Kesimpulannya, spoonerism terjadi secara spontan, tanpa disadari mengeluarkan kata-kata yang justru salah lidah. “Slip of the tongue atau spoonerism terjadi secara spontan dan tidak disadari atau tidak disengaja,” ungkapnya.

Penyebabnya karena kelelahan, beban kerja yang berat, gugup, atau cemas. Sebab, manusia kadang kala tidak menyadari bahwa dirinya sedang lelah. Sering terjadi secara fisik lelah, tetapi secara psikis tidak menyadari bahwa dia lelah. Menurut dia, bukanlah hal normal tetapi bukan pula penyakit. Refleks juga secara psikiatrik hal spontan, tidak disadari dan tak disengaja yang dapat menyebabkan slip of the tongue atau spoonerism. “Bisa terjadi karena tekanan (stres) dan akan selalu ada dalam hidup manusia,” paparnya.

Ahli hukum pidana dan hukum acara pidana Prof Edward Omar Sharif Hiariej, guru besar termuda dari Universitas Gadjah Mada Jogjakarta turut memberikan penjelasan perkara tersebut sesuai keilmuannya dalam persidangan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X