Diversifikasi Pangan Mutlak Diperlukan Kaltim

- Minggu, 12 Mei 2019 | 14:21 WIB

SAMARINDA- Produksi beras pada 2018 mencapai 257.319 ton, sedangkan kebutuhan beras mencapai 327.628 ton. Artinya, Kaltim baru memenuhi sekitar 78,54 persen dari kebutuhan, sisanya didatangkan dari luar. Belum swasembadanya beras bukan satu-satunya alasan Kaltim harus diversifikasi pangan. Sebab, ketika masih mengandalkan satu komoditi pangan saja, maka permintaan setiap tahun akan meningkat. Permintaan yang meningkat tentunya akan membuat kenaikan harga yang signifikan dalam jangka panjang.

Hal itu dijelaskan Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop UKM) Kaltim Fuad Asadin. Dia mengatakan diversifikasi pangan, merupakan upaya untuk mendorong masyarakat agar memvariasikan makanan pokok yang dikonsumsi sehingga tidak terfokus pada satu jenis saja.

“Diversifikasi pangan ke depan mutlak dilakukan, karena kalau hanya mengandalkan satu komoditi yaitu beras saja. Maka permintaan akan beras semakin meningkat dan bisa memicu kenaikan harga,” ungkapnya Rabu (8/5).

Perkiraan kebutuhan konsumsi beras di Kaltim pada 2019 mencapai 335.183 ton. Pada, 2020 kebutuhan mencapai 341,853 ton, dan 2021 kebutuhan akan kembali meningkat menjadi 348,450 ton. Bahkan hingga 2022 kebutuhan beras sudah mencapai 356,464 ton.

Saat ini, tambahnya, dinas terkait tentunya terus meningkatkan produksi beras guna mewujudkan Kaltim swasembada pangan. Namun selain itu  juga harus dilakukan diversifikasi pangan. Sebab, ketika masih mengandalkan salah satu komoditi pangan seperti beras permintaan selalu meningkat bahkan semakin tinggi. Melaksanakan diversifikasi pangan artinya meningkatkan jumlah jenis-jenis pangan yang dikonsumsi. Seperti jagung, singkong, sagu dan pangan alternatif lainnya.

“Harga pangan tersebut lebih murah, dan ketersediaannya sangat cukup,” ujarnya.

Menurutnya, saat ini ketersediaan stok beras di Kaltim memang selalu cukup. Saat ini semua stok selalu lebih dari kebutuhan. Bahkan stok sudah bisa memenuhi kebutuhan hingga tiga bulan ke depan. Pada April 2019, stok beras bulog 22.499 ton, beras non bulog 77.053 ton, sehingga total mencapai 99,552 ton. Sedangkan kebutuhan beras sebulan hanya mencapai 32,954 ton.

“Hanya saja itu belum swasembada, kebanyakan masih didatangkan dari luar Kaltim,” tuturnya.

Dia mengatakan, padahal diversifikasi pangan lebih murah dan ketersediaan stok di Kaltim sangat banyak. Namun, persoalannya masyarakat belum bisa menerima konsumsi pangan alternatif. Karena dianggap tidak keren. Sebenarnya konsumsi bukan keren atau tidak. Tetapi bagaimana gizi itu tersedia secara cukup. Bahan baku atau bahan pangan alternatif cukup tersedia di daerah. Sekarang bagaiamana diversifikasi pangan bisa terus disosialisasikan kepada masyarakat luas, sehingga mampu mendukung pembangunan kedaulatan pangan.

“Sosialisasi penganekaragaman pangan perlu lebih intensif dan berkelanjutan, bahwa pangan bukan hanya beras,” pungkasnya. (*/ctr)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X