Petanque, Kontrol Emosi dan Latih Sikap Cermat

- Minggu, 12 Mei 2019 | 13:47 WIB

SEKILAS permainannya tampak seperti tolak peluru. Namun, ukuran bolanya lebih kecil. Merupakan permainan tradisional asal Prancis, pengembangan dari zaman Yunani. Baru masuk Indonesia pada 2011.

Di Universitas Mulawarman (Unmul) terdapat Unit Kesehatan Mahasiswa (UKM) Petanque. “Induk olahraga ini saja baru didirikan pada 18 Maret 2011. Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI). Wajar kalau banyak orang yang masih belum familier dengan olahraga ini,” beber Ketua Umum UKM Petanque Unmul, Adi Putra.

Mungkin bagi Anda yang baru mengetahui olahraga umumnya terkendala dalam pengucapan namanya. “Sebagian orang pasti sebut olahraga ini dengan petankyu atau petangki. Padahal yang benar itu disebut petank,” ucapnya.

Dijelaskan Adi, petanque pertama kali dipertandingkan pada ajang SEA Games 2011 di Palembang. Masuk kategori olahraga konsentrasi yang memiliki persyaratan tertentu, yakni di atas lapangan berdimensi lebar 4 meter dan panjang 15 meter.

“Sedangkan petanque baru memasuki wilayah Kalimantan lima tahun setelahnya. Tepatnya 2015,” tambahnya. Merupakan cabor non-body contact atau tidak terjadi kontak fisik dengan jumlah pemain yang dibagi menjadi tiga. Yakni, single di mana perorangan memainkan tiga bola, double perorangan memainkan tiga bola juga. Triple perorangan memainkan dua bola serta shooting game.

Jenis olahraga ini termasuk katagori olahraga individu dan beregu. Peralatan yang digunakan dalam olahraga petanque terdiri atas boules (bosi), jack (boka), circle (lingkaran). Serta, meteran untuk mengukur jarak antara titik melempar bola dan target bola.

Cara bermainnya cukup sederhana. Para pemain harus melempar bola besi sedekat mungkin dengan bola kayu yang disebut cochonnet. Posisi kaki harus rapat berada di lingkaran kecil.

“Jika mengikuti standar permainan, petanque harus dimainkan di permukaan kerikil kecil. Kerikil yang biasa dipakai untuk hiasan akuarium. Tapi, kalau hanya ingin belajar, bisa coba di atas tanah yang keras atau pasir rata,” jelasnya.

Berbeda dengan olahraga pada umumnya yang lebih dominasi pada kekuatan fisik. Di petanque,  Anda tidak perlu mengeluarkan tenaga lebih banyak. Sebab, olahraga ini hanya mengandalkan kemampuan akurasi, strategi, dan feeling para pemain.

“Menurut saya, olahraga ini sama seperti catur dan memanah. Tidak perlu memakai tenaga tapi dituntut untuk pandai menebak strategi lawan dan tentunya harus cerdik dan cermat,” jelas mahasiswa Jurusan Pendidikan Jasmani dan Rekreasi, Universitas Mulawarman itu.

Pria 23 tahun itu juga mengungkapkan, petanquebisa jadi pilihan olahraga ketika berpuasa. Tidak menguras tenaga, olahraga ini juga mampu membuat Anda pandai mengontrol emosi.

“Sebab, semua bola yang kita lempar itu belum tentu akan pas mengenai bola target. Bisa saja kelewatan atau bahkan tidak sampai di bola target. Kalau orangnya emosian bakal enggak betah nih main petanque. Sebaliknya, kalau orangnya sabar pasti selalu tertantang,” ujarnya semangat.

Di luar suasana bulan suci Ramadan. Adi merekomendasikan olahraga ini untuk dicoba sesekali. Terlebih untuk anak-anak muda yang masih labil dan kurang bisa mengontrol emosi.

Setidaknya dengan petanque, Adi berharap generasi muda lebih pandai bersikap dan tidak mudah terpancing emosi. Tahu apa masalah yang harus segera diselesaikan dan apa saja masalah yang semestinya diabaikan. (*/nul*/rdm/k16) 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X