Tarif Batas Atas Turun 15 Persen, Tapi Kok...Tiket Pesawat Masih Mahal

- Sabtu, 11 Mei 2019 | 21:17 WIB

JAKARTA- Pemerintah berkali-kali menjanjikan penurunan tarif tiket pesawat. Kenyataannya, hingga kini tarif tersebut tak kunjung turun, terutama untuk penerbangan domestik. Aksi protes pun bermunculan.

Bahkan, di media sosial muncul desakan untuk mencopot Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi.

Di Twitter kini muncul tagar #PecatBudiKarya. Tagar tersebut merupakan puncak kekesalan warganet karena pemerintah dianggap membiarkan tingginya tarif tiket pesawat. Namun, desakan itu tampaknya diabaikan pemerintah. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan tidak begitu memedulikan tagar yang sedang ramai di Twitter tersebut. Dia menilai Budi sebagai menteri yang bagus.

Luhut membantah anggapan bahwa pemerintah membiarkan harga tiket pesawat melambung. Dia mengatakan, pemerintah bakal menurunkan tarif batas atas (TBA) penerbangan sebesar 15 persen. “Kemarin Garuda sudah yes (sepakat, Red). Rini (Menteri BUMN Rini Soemarno) juga,” kata Luhut di hadapan awak media kemarin (8/5).

TBA dan tarif batas bawah (TBB) untuk tiap kelas dan rute tidak sama. Untuk kelas ekonomi dengan rute penerbangan Jakarta-Surabaya, misalnya, TBA-nya kini Rp 1.372.000 dan TBB Rp 480.000. Jika TBA diturunkan hanya 15 persen, berarti menjadi Rp 1.166.200. Jika maskapai mematok tarif sesuai TBA, hampir pasti tetap muncul protes warga yang terbiasa dengan tarif lama. Sebab, tarif sebelumnya dengan rute yang sama hanya Rp 500 ribu sampai Rp 700 ribu. Mengenai hal itu, Luhut mengatakan bahwa pemerintah masih perlu melihat tren demand dan situasi pasar.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (Dok.JawaPos.com)

Sementara itu, Menhub Budi Karya menyatakan, penentu tarif tiket pesawat terdiri atas beberapa komponen. Antara lain, 45 persen merupakan biaya bahan bakar, 35 persen adalah biaya leasing pesawat, dan sisanya adalah pengeluaran lain-lain. Ada juga 15 persen biaya sumber daya manusia (SDM). “Kalau dibilang biaya parkir di bandara mahal itu tidak. Dibanding negara lain malah lebih murah,” ungkapnya saat ditemui di gedung BPK kemarin.

Budi menambahkan, bisnis maskapai merupakan bisnis padat modal. Penghasilannya mengandalkan omzet. Terkait jumlah penumpang tahun ini yang lebih rendah, Budi membenarkan. Menurut dia, mungkin itu terjadi karena pengurangan penerbangan oleh Garuda Indonesia. Hal tersebut memengaruhi jumlah penumpang pesawat di tanah air. “Saya tidak cek lagi yang lain. Kalau Lion Air itu karena sepuluh pesawat Boeing 737 MAX 8-nya grounded,” bebernya.

Pria asli Palembang tersebut juga berjanji mengevaluasi TBA pesawat. Dia tengah berkonsultasi kepada stakeholder terkait seperti Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan Ombudsman RI. “Senin nanti hasil konsultasi itu saya sampaikan kepada Menko Perekonomian,” ujar Budi.

-
Garuda Indonesia salah satu maskapai penerbangan dalam negeri yang diminta pemerintah untuk menurunkan tarif tiket domestiknya. (JawaPos.com)

Direktur Niaga PT Garuda Indonesia Pikri Ilham Kurniansyah mengatakan, penurunan TBA tidak terlalu berpengaruh terhadap bisnis Garuda. Meski begitu, penurunan TBA harus memperhitungkan penurunan struktur biaya. Hal tersebut mengacu Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Tata Cara dan Formulasi Perhitungan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri. Ada juga Keputusan Menteri Perhubungan 72/2019 tentang Tarif Batas Atas Penumpang Pela­yanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri.

“Pemerintah itu bukan menurunkan TBA, tetapi struktur cost, biaya mana yang bisa menyebabkan turun. Sebab, industri kan harus dilindungi,” tuturnya.

Menurut Pikri, jika merujuk aturan tersebut, TBA bisa berubah jika ada perubahan struktur biaya operasional pesawat. Selama ini komponen terbesar pembentuk biaya pesawat adalah bahan bakar, perawatan pesawat, sewa pesawat, dan komponen lain. “TBA ini kan 2014, itu harganya (avtur) jauh banget, sudah naik berapa persen. Kalau diturunkan itu turun dari yang tertinggi,” jelasnya.

Pada 16 Februari 2019, Pertamina menurunkan harga avtur sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM 17/2019 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis BBM Umum Jenis Avtur yang disalurkan melalui Depot Pengisian Pesawat Udara. Harga avtur Pertamina saat itu turun dari Rp 8.210 menjadi Rp 7.960 per liter. Sayang, harga tersebut kembali bergerak naik menjadi Rp 8.380 per liter (published rate) di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.

Pertamina memang melakukan evaluasi rutin dan penyesuaian harga avtur secara periodik atau dua kali dalam sebulan. Penyesuaian dilakukan dengan mempertimbangkan harga rata-rata minyak dunia, nilai tukar rupiah, dan faktor lain. Namun, Pikri menegaskan bahwa pihaknya akan tetap tunduk pada regulasi dan pemegang saham.

Garuda tetap berusaha memaksimalkan pendapatan dari non penumpang. Misalnya dari kargo, penjualan barang di pesawat, atau pendapatan iklan. Garuda akan mengubah konsep bisnisnya dari hanya menjual tiket menjadi menjual brand. Garuda juga memproyeksikan beberapa penerbangan akan mengalami penurunan penumpang saat mudik nanti. Misalnya rute Jakarta-Jogjakarta dan Jakarta-Semarang. Penurunan terjadi karena beroperasinya tol trans-Jawa.

-
Dampak dari mahalnya tiket pesawat membuat bandara sepi. Kunjungan di bandara relatif sepi dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama. (Fedrik Tarigan/Jawa Pos)

Pengamat penerbangan Alvin Lie menerangkan, Januari hingga April memang low season bagi dunia penerbangan. Penumpang sepi. Namun, jika dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah penumpang pada periode ini lebih rendah. PT Angkasa Pura (AP) I mencatat jumlah penumpang turun hingga 3,5 juta orang pada kuartal I tahun ini.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X