SAMBIL menyelam minum air, pribahasa sederhana menggambarkan aktivitas Tania Nuzzulia dalam tiga tahun terakhir. Merasa masih ada waktu luang, selain mengurus butik Hoshy, dia juga berprofesi sebagai make up artist (MUA).
Tepatnya pada 2015, Tania memutuskan ikut kursus merias karena memiliki keinginan untuk make-up sendiri pada hari pernikahannya. Belajar hanya untuk diri sendiri, pada saat itu dia mengaku tak pernah terbersit untuk menjadi MUA.
“Jadi dulu pas masih gadis suka mikir, lucu kali ya kalau aku make-up sendiri di hari pernikahan aku. Walhasil, karena aku tipikal orang yang kalau punya keinginan harus tercapai, akhirnya aku cari tempat kursus dan belajar merias pengantin empat tahun yang lalu,” ucap perempuan kelahiran 1994.
Setelah kursus di beberapa tempat, Tania merias wajahnya sendiri di pernikahannya. Satu impiannya tuntas tercapai pada 2016, tepatnya pada Januari saat dia dan sang suami, Dedy Agusa Saputra sah menjadi suami istri.
Rasa khawatir dan gugup tentu ada. Perlahan tapi pasti, dia menatap kaca dan mulai bersolek seraya berharap hasil terbaik.
Setelah berhasil menuntaskan satu impiannya, beberapa kerabat mengetahui bahwa dirinya pandai merias wajah. Hingga suatu hari, media 2016 saat tahun ajaran baru. Beberapa anak kenalannya minta tolong dirias untuk persiapan perpisahan sekolah.
Bingung, takut, tapi ingin tahu. Hal itulah yang dia rasakan. Tania merasa takut jika hasilnya tidak memuaskan, karena selama ini tujuan dia belajar merias hanya untuk diri sendiri. Namun, di sisi lain dia ingin tahu bagaimana euforia merias klien.
“Merasakan dua rasa yang berbeda dalam satu waktu sempat buat aku labil. Tapi, suami mendukung banget. Dan dia bilang, ini kesempatan untuk belajar, kalau merasa memiliki kemampuan di bidang ini dalami. Tapi sebaliknya, kalau setelah make-up klien merasa tidak mampu maka tinggalkan. Yang penting sudah memiliki pengalaman,” jelasnya meniru ucapan sang suami.
Tania mengambil tawaran untuk merias siswi sebanyak tujuh orang. Perasaan yang pernah dia rasakan saat merias wajah di hari pernikahannya kembali terulang. Diawali basmalah, dia berharap kepuasan dari kliennya atas hasil polesan tangannya.
“Rasanya? Wah, jantung berdegup cepat. Di beberapa waktu sempat khawatir dan panik, karena takut enggak tepat waktu. Tapi, coba tenangkan diri terus dan selalu fokus pada riasan. Alhamdulillah,” ungkapnya kemudian mengelus dada.
Merasa ketagihan, aktivitas merias dilakukannya hingga saat ini. Namun, memasuki bulan suci Ramadan, dirinya mengaku tidak menerima jasa merias dulu.
“Selama bulan puasa, aku harus fokus ke butik karena kebutuhan busana menjelang saat Ramadan akan meningkat. Daripada ada yang terbengkalai, mending fokus ke satu pekerjaan dulu. Usai lebaran, baru aku buka lagi,” tambahnya.
Sudah tiga tahun menjalani profesi MUA, namun Tania hanya menerima rias wajah untuk berkunjung ke pesta saja. Dirinya menyampaikan bahwa belum memiliki ilmu yang cukup jika harus membuka jasa merias pengantin.
Namun, pada akhir pembicaraan. Dia mengungkapkan jangan bosan untuk mengasah kemampuan. Sebab, setiap orang memiliki segudang kemampuan, dan kemampuan itu akan datang ketika Anda sukses melawan rasa takut dan malas. (*/nul*/rdm2)