Aku Pengin ke Minimarket Numpak Jaran

- Rabu, 24 April 2019 | 11:01 WIB

 Ada dua alasan kenapa Dodit Mulyanto membangun rumah di tengah hutan: karena ingin bebas punya ’’kebun binatang’’ dan ’’balas dendam’’. Dari lahan yang luas itu, kebutuhan dasar sang pemilik dan hewan piaraan sudah bisa terpenuhi.

 

FAHMI SAMASTUTI, Mojokerto

HANYA bunyi cenggeret dan riak kali kecil yang terdengar dari kejauhan saat kami mengelilingi ’’kebun binatang kecil’’ itu. Ada dua kambing, dua kuda, dan tiga anjing penjaga.

Di sudut lain lagi, dekat toilet yang terpisah dari bangunan utama, masih ada empat ekor anjing kampung dan Beagle. ’’Kalau di sini, ojo turu awan (jangan tidur siang),’’ kata Dodit Mulyanto, sang pemilik rumah, sembari terus berjalan pelan, memperhatikan semua piaraannya. ’’Mending ngarit atau kerjo sampek kesel,’’ lanjutnya.

Selasa pagi sampai sore dua pekan lalu itu (9/4) kami berada di rumah tengah alas (hutan) komika sekaligus aktor tersebut. Rumah yang berada di lereng Gunung Pundak, Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, itu dikepung pepohonan tinggi.

Bertetangga dengan ladang sayur milik penduduk setempat dan kandang sapi. Rumah tetangga? Yang terdekat sekitar 500 meter jaraknya!

Dari Surabaya, Pacet sebenarnya bisa dijangkau dalam satu setengah jam. Tapi, rumah Dodit tersembunyi jauh dari keramaian destinasi wisata andalan Mojokerto itu.

Dari pusat Kecamatan Pacet, perjalanan harus dilanjutkan sekitar 15 menit ke Claket, desa yang terletak di antara Pacet dan Trawas, dua kecamatan di Mojokerto yang sama-sama berada di lereng gunung. Sebagian area desa itu masuk area taman hutan rakyat (tahura).

’’Nanti masuk gang, lurus notok saja. Nanti ada pagar kayu,’’ tulis Angelina Ci, manajer Dodit, dalam pesan singkat.

Cici, sapaan Angelina, tidak memberikan titik lokasi via aplikasi peta. ’’Sinyalnya kadang ada, kadang nggak,’’ lanjutnya.

Rumah di atas lahan 6 ribu meter persegi itu dibangun komika asal Blitar, Jawa Timur, tersebut dua tahun lalu. Untuk bisa mencapainya, harus melewati jalan makadam dan barongan alias semak bambu yang lumayan lebat. Setelahnya, krik... krik... krik... Benar-benar sepi. Tak ada lalu-lalang orang atau kendaraan.

’’Kenapa ketika lo punya duit banyak, lo malah mau tinggal di hutan?’’ tanya komika, sutradara, dan penulis Raditya Dika kepada Dodit dalam salah satu vlog-nya.

Kepak sayap Dodit memang merentang jauh sejak dia mengikuti pencarian bakat komika di salah satu stasiun televisi. Sejumlah film telah dibintangi mantan guru geografi tersebut. Juga, serial televisi dan iklan. Belum lagi tawaran manggung di berbagai kota.

Pria 33 tahun yang piawai bermain biola itu juga punya sebuah usaha kedai kopi di Surabaya, kota tempat dia pernah menjadi guru biografi dan mengajar ekstrakurikuler musik di sebuah SMA.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X