Keheningan Membekap Negeri

- Rabu, 24 April 2019 | 10:50 WIB

NEGOMBO – Halaman Gereja St Sebastian, Negombo, hening pagi itu. Ratusan orang sengaja diam memperingati 48 jam insiden bom yang terjadi pada Minggu (21/4). Selama tiga menit, dentuman dan teriakan yang mengisi kompleks gereja di Minggu jahanam pada pukul 08.30 itu berganti kesunyian.

Tiga menit tersebut merupakan waktu mengheningkan cipta yang diarahkan pemerintah Sri Lanka untuk menghormati ratusan korban serangan National Tawheed Jamaath (NTJ). Itu pula yang menjadi pembuka pemakaman masal pada siang hari.

Kemarin 22 orang ditempatkan di peti mati dan dikuburkan. Di samping mereka, masih ada beberapa lubang yang menganga. ’’Kami menguburkan sekitar 30 jenazah hari ini,’’ ujar pastor Surabya Warnakulasuriya kepada Agence France-Presse.

Di Kolombo, Gereja St Anthony juga mengadakan upacara pemakaman. Dijaga puluhan tentara, jemaat dan penduduk sekitar datang untuk menghormati korban tewas. Penjagaan di gereja tersebut lebih ketat karena aparat sempat menemukan peledak di wilayah gereja pada Senin (22/4). Bom itu dapat dijinakkan sebelum mengambil lebih banyak nyawa.

Di tengah jemaat Katolik, Sadhurshrini Sivakumar berdiri. Gadis 16 tahun tersebut merupakan penganut agama Hindu. Namun, dia sering mengunjungi gereja tersebut karena dekat dengan rumahnya. ’’Gereja membuat saya rileks. Tapi, sekarang saya sedih dan takut,’’ ungkapnya.

Sementara itu, sejauh 7.932 kilometer di barat laut Sri Lanka, Istana Christiansborg di Kopenhagen, Denmark, juga mengibarkan bendera setengah tiang. Mereka menyampaikan duka untuk salah seorang taipan asal Denmark, Anders Holch Povlsen. Pemilik jaringan ritel fashion Bestseller itu kehilangan tiga di antara empat anaknya di peristiwa nahas tersebut. Saat itu Povlsen bersama istrinya, Anne, dan empat anaknya menghabiskan liburan Paskah di Sri Lanka. ’’Kami meminta Anda menghormati privasi keluarga. Karena itu, kami tak akan berbicara lebih lanjut,’’ kata Jesper Stubkier, manajer komunikasi Bestseller.

Sebanyak 39 warga asing meninggal dalam tragedi tersebut. Di antaranya, 8 warga Inggris, 8 warga India, Turki, Australia, Prancis, Jepang, dan Portugal. Mereka ada di antara ratusan korban aksi bom bunuh diri tersebut. ’’Selama tiga dekade, kami menghadapi banyak bencana. Tapi, tak ada yang seperti ini,’’ tutur Pushpa De Soysa, kepala perawat di Unit Gawat Darurat National Hospital, kepada Al Jazeera.

Sejak insiden tersebut, mereka menampung 268 korban. Sebanyak 51 pasien di antaranya meninggal dalam perawatan. (bil/c14/dos)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X