Derai air mata tumpah di salah satu rumah di Jalan Damai, Gang 5, RT 27, Kelurahan Sidodamai, Kecamatan Samarinda Ilir, Jumat (19/4). Rumah yang setiap hari jadi tempat Syahdan bermain dan beraktivitas. Bocah lima tahun itu meregang nyawa. Di sebuah sumur tua. Tak jauh dari kediamannya.
Dikisahkan kakaknya, Baharuddin (19), bungsu di antara enam bersaudara itu selesai buang air besar di kamar mandi. Sang ibu langsung memandikannya. “Ibu ambil pakaian adik ke dalam, tapi pas kembali enggak ada sudah,” ujarnya.
Action figure superman yang sering dimainkan adiknya juga hilang. Keluarga panik. Pencarian dilakukan sampai ke gunung di dekat kediaman korban. Mata kakak kandung korban itu melirik tajam begitu melihat mainan adiknya berada di tepi sumur. Jarak antara rumah dan sumur yang diperkirakan sudah ada sejak 1980-an itu kurang dari 100 meter. “Langsung saya cari di sekitar sumur,” sambungnya.
Sumur itu berukuran 1x1 meter persegi. Kedalaman sekitar 5 meter. Airnya dikeluarkan perlahan-lahan. Menggunakan ember. Bahar, sapaan akrab kakak kandung korban, mulai turun dari bibir sumur. Belum seutuhnya menyelami, kaki Bahar menginjak tubuh manusia. Setelah diangkat, benar ternyata Syahdan.
Nahas, kondisinya meninggal dunia. Korban ditemukan sekitar pukul 18.30 Wita, dan langsung dibawa ke rumah duka. "Ada anak-anak yang lihat adik saya, katanya sempat terlihat di sumur," ujar Bahar dengan mata berkaca-kaca.
Lurah Sidodamai Suraijin menuturkan, air di sumur itu sering dimanfaatkan warga untuk kebutuhan sehari-hari. Terutama mandi dan mencuci. Sangat membantu ketika air PDAM tidak mengalir. Bahkan aliran PDAM belum menjangkau warga di perbukitan.
Atas kejadian itu, pihaknya berencana membuat pagar dan meninggikan sumur tersebut. Termasuk membuat penutup agar kejadian tidak berulang. “Rencananya begitu. Jangan lagi ada korban,” terangnya.
Kanit Reskrim Polsek Samarinda Kota Ipda Abdillah Dalimunthe menjelaskan, jajarannya masih terfokus dengan Pemilu 2019. “Tapi tetap kami selidiki,” singkatnya. (*/dra/dwi/k16)