Jangan Sepelekan Penyakit Mental

- Minggu, 21 April 2019 | 09:41 WIB

BANYAK dijumpai orang yang sering mendiagnosis diri apakah tengah mengidap penyakit mental tertentu. Biasanya, mereka mendapat informasi tersebut melalui media internet kemudian mencocokkan ciri-ciri yang tengah dialami. Psikiater Jaya Mualimin justru menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke unit layanan kesehatan terkait jika merasa ada perubahan atau perilaku yang tidak wajar terjadi.

“Ada banyak jenis penyakit mental. Contohnya gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Gejalanya hampir mirip gangguan bipolar. Jadi, jangan langsung menilai jika Anda terkena bipolar. Datang ke psikiater, akan ketahuan apa yang sebenarnya terjadi. Bisa saja penyakit lain,” jelas Jaya ditemui awal pekan lalu.

Sedikit informasi mengenai GPPH, ciri khas gangguan ini biasanya terjadi pada anak usia sekolah. Gejalanya yaitu anak suka kesal dan sering emosi. Bisa dikatakan, emosinya labil. Perilaku yang paling mencolok juga dapat dilihat dari rajin atau tidaknya anak pergi ke sekolah.

Sebagai psikiater, Jaya menyadari jika belum semua orang menaruh atensi pada penyakit mental. Hal tersebut dipengaruhi oleh stigma yang terus melekat dan bergulir di masyarakat. Pola pikir yang salah juga menjadi pemicu. Penyakit mental masih dianggap sepele bahkan diolok-olok. Paling simpel, apapun jenis penyakit mental, masyarakat akan selalu berpendapat orang tersebut gila.

Dia menyebut, penyakit mental itu harus mendapat perhatian yang sama dari semua pihak. Masih banyak yang mengira jika gangguan jiwa sifatnya permanen. “Sayangnya, masyarakat belum siap menerima hal tersebut. Padahal, orang-orang dengan penyakit mental pun juga punya hak sama seperti manusia normal lainnya. Setelah berhasil dilakukan perawatan dan dinyatakan sembuh, mereka juga bisa beraktivitas seperti biasa lagi,” ungkapnya.

Jaya setuju jika masih ada sebagian masyarakat yang kurang informasi dan edukasi terkait gangguan jiwa atau penyakit mental. Sehingga, ketika gejala-gejala itu muncul pada diri sendiri atau sanak keluarga, mereka lebih memilih berobat ke dukun atau orang pintar. Pengobatan secara medis yang benar dan profesional justru tak jadi pilihan. Malah, ketika keadaan sudah semakin parah dan tidak ada perubahan barulah berinisiatif pergi ke psikiater.

Jaya mengatakan penyakit mental sama saja seperti penyakit fisik lain. Jika semakin lama penyakit bersarang dan baru diperiksa, akan semakin lama pula sembuhnya. “Jiwa itu kan terdiri dari pikiran, alam perasaan, perilaku, dan sosial. Kalau salah satu dari itu sudah mencerminkan kesalahan, patut waspada dan diperiksa. Paling penting, jangan takut untuk datang ke rumah sakit jiwa dan jangan malu bertemu psikiater,” pungkas alumnus Universitas Padjadjaran itu. (*/ysm*/rdm2/k16)

Editor: octa-Octa

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X