JAKARTA – Penjualan kendaraan roda empat sepanjang kuartal I 2019 sedikit melambat. Pada tiga bulan pertama tahun ini, wholesales mobil tercatat hanya 253.683 unit. Angka tersebut turun 13,1 persen dibanding kuartal yang sama tahun lalu. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengakui bahwa secara tradisi permintaan pada kuartal I memang melemah. Namun, Gaikindo masih optimistis bahwa pasar akan pulih lepas Ramadan dan target penjualan 2019 tetap dipatok 1,1 juta unit.
Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto menjelaskan, digelarnya pemilu turut memengaruhi permintaan pasar meski tidak siginifikan. ”Jika melihat penjualan dari diler ke pelanggan ritel, rata-rata penjualan mobil memang mengalami penurunan,” ujar Jongkie kemarin (19/4). Misalnya, pabrikan Toyota yang penjualan retail sales-nya menurun 10.480 unit, Mitsubishi 6.614 unit, dan Suzuki 5.587 unit.
Jongkie mengatakan, penurunan seperti itu masih akan terjadi pada kuartal II 2019 karena banyaknya hari libur seperti puasa dan Lebaran. ”Kami prediksi dan berharap penjualan akan naik lagi Juli 2019,” tambahnya.
Gaikindo masih optimistis dengan target penjualan 1.100.000 unit 2019. Target tersebut optimistis akan tercapai mengingat di musim-musim lesu saja penjualan ritel mobil masih berada di angka 260 ribu unit. ”Penjualan kuartal I jika dikalikan empat tetap akan mencapai satu juta unit lebih,” urainya.
Data Gaikindo menunjukkan, Toyota menjadi pemimpin pasar dengan menguasai pangsa 30,4 persen wholesales, dan 29,3 persen ritel. Daihatsu membuntuti di posisi ke-2 dengan menguasai 20,0 persen wholesales dan 18,3 persen ritel. Mitsubishi Motors berada di posisi ke-3 dengan 14,0 persen pasar wholesales.
Namun, secara ritel, pabrikan dengan logo berlian tersebut berada di bawah Honda atau berada di posisi ke-4. Suzuki masih menjadi penghuni tetap lima besar produsen otomotif Indonesia dengan penjualan 22.869 unit wholesales dan 23.567 unit ritel.
Sementara itu, berdasar survei perbankan Bank Indonesia (BI), pada triwulan I tahun ini pertumbuhan kredit triwulanan (qtq) melambat. Perlambatan pertumbuhan kredit baru tersebut terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi, sedangkan kredit konsumsi tercatat naik. Peningkatan kredit konsumsi terutama didorong penyaluran kredit kendaraan bermotor.
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira menuturkan, total penjualan kendaraan bermotor secara qtq mungkin naik. Namun, dia menekankan, realisasi tersebut harus dilihat lebih lanjut berdasar jenis kendaraannya. Apakah kenaikan tersebut berlaku pada kendaraan niaga atau pribadi. ”Karena kalau kendaraan niaga itu agak melambat karena pertambangan kita sedang lesu, sawit juga lagi anjlok, begitu juga karet,” jelasnya kemarin. (agf/ken/c25/oki)