PKS Solid, PAN dan Nasdem Lampaui Survei

- Jumat, 19 April 2019 | 12:16 WIB

Survei elektabilitas parpol selalu muncul menjelang pelaksanaan pemilu. Ada yang menganggapnya sebagai potret riil, ada pula yang menjadikannya sebagai ”alarm”. Beberapa parpol mampu memanfaatkan ”alarm” itu untuk menggenjot perolehan suara pada hari coblosan.

 

PADA 14 April lalu LSI Denny JA merilis survei elektabilitas parpol peserta Pemilu 2019. Hasil survei itu tidak menyebut angka tunggal, tapi range atau kisaran tingkat keterpilihan. Mengacu pada hasil hitung cepat, beberapa parpol berada dalam range elektabilitas tersebut. Namun, juga ada yang ”meleset”.

Misalnya Partai Gerindra. Survei LSI Denny JA menempatkan elektabilitas parpol di bawah pimpinan Prabowo Subianto itu 13,4 hingga 17,8 persen. Namun, hasil hitung cepat hasil coblosan sedikit berada di bawahnya, yakni 12,50 persen.

Ikrama Masloman, peneliti LSI Denny JA, menilai Gerindra tidak berhasil memanfaatkan elektoral Prabowo-Sandi. Seandainya berhasil mendapatkan efek ekor jas (coattail effect), partai itu bisa meraih suara lebih tinggi. ”Sekarang posisi Gerindra bersaing ketat dengan Partai Golkar. Jarak dengan PDIP cukup jauh,” katanya.

Justru, tutur dia, PKS berhasil menunggangi pencalonan Prabowo-Sandi. Partai Islam tersebut mampu memaksimalkan tagar ganti presiden dan berani menggandeng Habib Rizieq Shihab. PKS pun berhasil meraih suara 8,04 persen. Itu naik jika dibandingkan dengan perolehan suara pada Pemilu 2014 yang berada pada angka 6,79 persen. ”PKS mendapatkan efek ekor jas,” ucapnya.

Selain berhasil memanfaatkan elektoral paslon, PKS sangat solid. Mesin partai berjalan dengan baik. Mereka berhasil melakukan konsolidasi pemenangan pemilu. Dengan sistem tarbiyah yang dimiliki, partai yang dipimpin Sohibul Iman itu berhasil meraih suara yang tidak jauh beda dengan hasil survei yang dirilis LSI Denny JA pada 14 April lalu.

PAN juga dinilai sukses mendompleng elektoral Prabowo-Sandi. Partai berlambang matahari itu memperoleh suara 6,16 persen. Walaupun, kata dia, PAN cukup berhati-hati dengan stigma Islam konservatif. ”Sikap PAN berbeda dengan PKS,” terang dia kepada Jawa Pos kemarin.

Perolehan suara Partai Nasdem juga cukup mengejutkan, Dalam survei elektabilitas, partai yang dipimpin Surya Paloh itu berada di angka 3,5–7,9 persen. Namun, hasil hitung cepat pemilu menunjukkan bahwa Nasdem memperoleh 8,53 persen.

Bagaimana dengan PDIP? Menurut Ikrama, partai banteng juga memperoleh efek ekor jas dari paslon Jokowi-Ma’ruf. Partai yang diketuai Megawati Soekarnoputri itu meraih 19,80 persen suara, lebih tinggi dari perolehan pada Pemilu 2014 yang hanya 18,95 persen.

Memang, ucap dia, raihan suara PDIP lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil survei pada 14 April. Sebelumnya, menurut hasil survei, partai tersebut meraih 26,7–31,1 persen. Ikrama mengatakan bahwa yang jadi masalah ada pada partisipasi pemilih. Konsolidasi partisipasi pemilih tidak berjalan dengan baik. ”Pemilu serentak juga menjadi salah satu faktor. Sebab, partisipasi pilpres lebih tinggi dari pileg. Tapi, PDIP tetap mendapatkan efek ekor jas dari paslon 01,” katanya. (lum/c10/fat)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puncak Arus Balik Sudah Terlewati

Selasa, 16 April 2024 | 13:10 WIB

Temui JK, Pendeta Gilbert Meminta Maaf

Selasa, 16 April 2024 | 10:35 WIB

Berlibur di Pantai, Waspada Gelombang Alun

Senin, 15 April 2024 | 12:40 WIB

Kemenkes Minta Publik Waspada Flu Singapura

Minggu, 14 April 2024 | 07:12 WIB

Kemenkes Minta Publik Waspada Flu Singapura

Sabtu, 13 April 2024 | 15:55 WIB
X