Stres karena Gagal Pemilu 2019, Bisa Picu Gangguan Mental

- Kamis, 18 April 2019 | 01:08 WIB

Pemilihan Umum kembali berlangsung hari ini Rabu (17/4). Anda barangkali sudah sering membaca berita mengenai caleg yang gagal pada Pemilu Legislatif menjadi stres. Bahkan sampai ada yang memutuskan untuk mengakhiri hidup.

Stres memang bisa berujung pada gangguan mental jika tidak ditangani dengan baik. Jenis-jenis gangguan mental ini beragam, salah satunya adalah depresi.   

Tak hanya Caleg, Capres dan Wacapres juga bisa mengalaminya. Hasil yang kurang memuaskan dalam Pemilu bisa saja membuat mereka kecewa, frustrasi, atau menolak menerima kenyataan. Dilansir Psychology Today, peristiwa politik seperti Pemilu disinyalir mencetuskan yang namanya Post Election Stress Disorder (PESD).

Meski penelitian berbasis bukti mengenai PSED masih harus ditinjau lebih lanjut, data pendahuluan menyebutkan bahwa gagasan mengenai PESD ini nyata.

Bagi para calon legislatif, penting untuk memahami bahwa kegagalan dalam hidup memang biasa terjadi. Sama halnya dengan kegagalan terpilih pada Pemilu tahun ini.

Pada awalnya Anda akan merasa stres dan sedih tetapi jika stres tidak bisa Anda kelola dan dirasakan berlarut-larut, gangguan mental mungkin dapat terjadi.

Di bawah ini merupakan gangguan mental yang mungkin terjadi:

1. Depresi

Kasus Caleg depresi saat gagal dalam Pemilu sudah banyak terjadi sebelumnya. Satu hal yang perlu dikhawatirkan adalah munculnya keinginan bunuh diri dari Caleg gagal tersebut.

Bagi sebagian orang, depresi sering hanya dianggap sebagai salah satu bentuk stres. Padahal depresi mempunyai derajat berbeda-beda tergantung gejalanya. 

Gejala utama depresi adalah pikiran stres, aktivitas menurun, dan hilang. Gejala lainnya meliputi gangguan makan, gangguan tidur, pesimistis, hilang percaya diri, konsentrasi menurun, merasa tidak berguna, serta ide bunuh diri

Terdapat tiga derajat depresi tergantung gejalanya yaitu ringan, sedang, dan berat. Depresi ringan biasa disebut stres atau syok psikologis. Depresi sedang mempunyai gejala yang lebih parah, dan depresi berat mungkin sampai ada percobaan untuk bunuh diri. Tentunya hal ini adalah sesuatu yang gawat dan perlu dicegah.

2. Skizofrenia

Jika seseorang punya bakat skizofrenia yang dibawa dalam genetiknya dan mengalami depresi atau stres secara berlarut-larut, sewaktu-waktu penyakit skizofrenia dapat tercetus. Skizofrenia dapat mengganggu fungsi sosial seseorang akibat adanya gangguan perilaku.

Gejala skizofrenia yang khas adalah gangguan realita dan persepsi. Orang skizofrenia sudah tidak mampu lagi menilai realita karena percaya pada sesuatu yang tidak nyata bisa mengalami halusinasi. Gangguan mental inilah yang permanen.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X