Aleppo Dibombardir Tengah Malam

- Selasa, 16 April 2019 | 11:54 WIB

 ALEPPO – Tangis seorang bocah terdengar nyaring di depan kamar mayat Aleppo, Syria, kemarin (15/4). Seorang pria berusaha menenangkannya. Ibu bocah tersebut meninggal dalam serangan yang dilakukan oposisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Minggu malam (14/4). Betapa pun pria itu berusaha, anak tersebut tetap menangis. Sedih dan bingung, pria itu ikut berurai air mata.

Total ada 11 orang tewas dan 11 lainnya luka-luka dalam serangan tersebut. Sebagian besar korban adalah penduduk sipil. HTS menjatuhkan roket-roketnya dengan membabi buta. Salah satunya bahkan jatuh di pasar. Dari laporan AFP, di berbagai titik tampak genangan darah dan potongan tubuh yang masih berserakan hingga kemarin pagi.

’’Ada sekitar 20 roket yang ditembakkan HTS ke Aleppo,’’ sebut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) seperti dikutip Al Jazeera.

Sejak perang Syria berkecamuk pada 2011, Aleppo tak henti-hentinya menjadi sasaran serangan. Dulu wilayah itu dikuasai oposisi. Pasukan rezim Presiden Syria Bashar Al Assad membombardir Aleppo habis-habisan. Senjata kimia juga kerap dijatuhkan. Kota yang dulu cantik itu sampai tak berbentuk.

Assad yang dibantu pasukan Rusia dan Iran berhasil mengambil alih Aleppo pada 2016. Kini posisinya dibalik. Giliran oposisi yang terus-menerus menyerang Aleppo dan berusaha merebutnya kembali. Tak pernah ada kata tenang di Aleppo.

Perang selama delapan tahun di Syria telah mengakibatkan 370–400 ribu nyawa melayang dan jutaan orang kehilangan tempat tinggal. Pemerintah Turki dan Rusia bertemu September tahun lalu untuk menciptakan zona demiliterisasi. Area tersebut diharapkan bisa menjadi tempat aman bagi para pengungsi. Provinsi Aleppo dan Idlib masuk di dalamnya.

Sayangnya, tak ada yang menghormati kesepakatan tersebut. Pasukan Assad tetap menyerang Idlib yang menjadi wilayah kekuasaan terakhir oposisi. Di lain pihak, oposisi juga menyerang balik Aleppo.

Sementara itu, perusahaan intelijen Israel ImageSat International (ISI) merilis gambar satelit yang diklaim sebagai penghancur pabrik misil milik Iran di Distrik Masyaf Syria. Fasilitas itu dibombardir Sabtu lalu. Penduduk sekitar mengungkapkan, ada 25 orang yang terluka akibat serangan itu. ’’Struktur bangunan utama pabrik tersebut hancur sepenuhnya,’’ bunyi pernyataan ISI.

Israel memang takut dengan Iran. Selama ini Negeri Para Mullah itu membenci Israel. Dengan membantu Syria dan menempatkan pasukannya di sana, Iran bisa menyerang Israel kapan saja dengan mudah. Syria berbatasan langsung dengan Israel.

Terpisah, pasukan Kurdi merasa ditinggalkan. Mereka membantu pasukan koalisi pimpinan AS untuk menghancurkan ISIS. Namun, kini ketika banyak anggotanya yang luka dan butuh perawatan, tidak ada yang menggubris. Pasukan Kurdi menginginkan visa ke negara-negara barat untuk berobat. Total ada 20 ribu tentara Kurdi yang terluka dan tidak mendapat perawatan memadai di Syria.

’’Kami sudah berkali-kali meminta visa untuk pengobatan, tapi mereka tidak merespons,’’ ujar pejabat urusan hubungan luar negeri wilayah administrasi Kurdi Abdul-Karim Omar. Mendapatkan visa sangat sulit karena pemerintahan mereka tak diakui Syria. Artinya, mereka tak bisa memiliki dokumen resmi. (sha/c7/dos)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X