LONDON – Penjemputan paksa pendiri Wikileaks Julian Assange dari Kedutaan Besar (Kedubes) Ekuador di London, Inggris, pekan lalu mengakhiri pelariannya selama tujuh tahun. Menurut New York Post, pemerintah Ekuador sudah mengeluarkan dana USD 6,5 juta (Rp 917 miliar) untuk keperluan Assange di gedung diplomatik mereka. Sebagian besar dana tersebut dianggarkan untuk keperluan keamanan. Namun, kebutuhan sehari-hari seperti obat, makanan, dan ongkos mencuci juga masuk perhitungan.
Pencari suaka 47 tahun itu dikabarkan sering berbuat hal yang tidak menyenangkan saat tinggal di kedubes. Presiden Ekuador Lenin Moreno mengungkapkan bahwa Assange pernah mengoleskan feses ke tembok gedung kedutaan. Namun, kubu Assange membantahnya. ’’Kabar itu tidak benar,’’ tegas Jennifer Robinson, pengacara pribadi Assange, kepada Agence France-Presse (AFP).
Hubungan Ekuador dengan kubu Assange terus menegang. Sejak dilantik pada 2017, Presiden Moreno Lenin ingin mencairkan hubungan dengan AS. Saat itu masalah Assange di kedubes mulai muncul. Dia dikabarkan sempat tidak diberi akses internet sampai ditagih uang untuk ganti ongkos cuci dan makanan. Sejak itu, Pemerintah Ekuador pun mendapat beberapa ancaman.
Pada Maret lalu, dokumen pribadi Moreno, termasuk liburan mewah keluarga di Eropa, tersebar di situs anonim Inapapers.org. Pemerintah Ekuador menuduh bahwa itulah serangan dari Wikileaks. (bil/c14/sof)