SAMARINDA-Tingkat hunian kamar (TPK) hotel berbintang di Kaltim pada Februari terpakai sebanyak 49,06 persen, dari jumlah seluruh kamar yang tersedia di Kaltim. Okupansi di Bumi Etam mengalami peningkatan 1,16 poin dibandingkan TPK Januari 2019 sebanyak 47,90 persen. Peningkatan itu dianggap dampak dari tahun politik. Namun sayangnya, peningkatan hanya terjadi untuk hotel berbintang. Sedangkan hotel nonbintang masih belum menemukan solusi agar okupansinya membaik.
Hal itu dijelaskan Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kaltim Zulkifli. Dia mengatakan, tahun politik di Kaltim mulai berdampak pada beberapa sektor usaha. Salah satunya perhotelan yang kini mulai kebanjiran pesanan. Mulai dari kamar hingga meeting room kebanyakan sudah di-booking oleh beberapa tim sukses.
“Beberapa hotel memang mendapat pemesanan dari tim sukses untuk penggunaan ruangan meeting,” ujarnya Selasa (9/4).
Dia mengatakan, pendapatan hotel saat ini memang tidak hanya dari okupansi. Karena peningkatanya belum terlihat begitu banyak, namun pendapatan dari sisi meeting, incentive, convention dan exhibition (MICE) akibat tahun politik, meningkat sekitar 15-20 persen.
“Namun perlu diingat hanya dari MICE sedangkan kamar belum terlihat. Pasti terdampak, tapi tidak banyak. Lihat saja peningkatannya hanya satu poin, bahkan bila dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu masih lebih bagus,” katanya.
Menurutnya, hal itu terjadi karena seluruh kegiatan politik hanya menggunakan meeting room atau ballroom, termasuk restoran juga digunakan sedangkan untuk menginap tidak terlalu banyak.
Dia mengatakan, dampak peningkatan juga hanya terjadi pada hotel berbintang yang memiliki fasilitas MICE tadi. Sedangkan nonbintang, tidak mengalami peningkatan pendapatan. Sebab, hotel nonbintang hanya menawarkan sewa kamar dan tidak mmeiliki fasilitas ruang meeting, atau restoran memadai.
“Selama ini memang belum ada solusi untuk meningkatkan okupansi untuk nonbintang. Apalagi ditambah dengan banyaknya hotel-hotel berbintang yang menawarkan harga yang sangat menarik. Hal itu tentunya membuat hotel nonbintang harus lebih mahir berinovasi agar tidak tergerus,” pungkasnya. (*/ctr)