NTP Maret Naik 0,51 Persen

- Minggu, 14 April 2019 | 12:47 WIB

SAMARINDA-Nilai tukar petani (NTP) Kaltim pada Maret mencapai 94,95 persen. Namun sejak dulu Kaltim sulit mencapai angka ideal NTP yaitu 100. Hal itu dianggap bukan menjadi masalah selama para petani masih bisa bersaing dan meningkatkan produksi pertanian.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim Atqo Mardiyanto mengatakan, NTP pada Maret 2019 naik 0,51 persen, dibandingkan NTP Februari 2019, yaitu dari 94,47 persen menjadi 94,95 persen.

“Hal ini disebabkan meningkatnya indeks harga yang diterima petani (It) dan menurunnya indeks harga yang dibayar petani (Ib),” katanya (7/4).

Dia mengatakan, It pada Maret secara umum mengalami peningkatan 0,46 persen. Jika dilihat per subsektor, hanya sub sektor peternakan yang mengalami penurunan It dengan persentase 1,61 persen. Sedangkan, sub sektor tanaman perkebunan rakyat mengalami persentase peningkatan It paling besar yaitu 1,91 persen.

“Ib di Kaltim sebesar 130,74, sedikit menurun sebesar 0,04 persen bila dibandingkan Februari 2019,” ungkapnya.

Penurunan indeks harga yang dibayar petani disumbang oleh penurunan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,08 persen. Sedangkan indeks kelompok bahan persediaan dan pembagian bahan makanan (BPPBM), sedikit meningkat 0,07 persen dibanding bulan sebelumnya.

“Penurunan Ib terjadi di semua sub sektor pertanian di mana subsektor peternakan mengalami penurunan Ib paling besar di antara subsektor lainnya,” tutupnya.

Terpisah, Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Holtikultura (DPTPH) Kaltim Ibrahim mengatakan, NTP belum ideal bukanlah masalah besar. Semua komoditas milik petani selalu memiliki harga yang fluktuatif. Sehingga NTP juga mengalami fluktuatif.

“Saat ini nilai tukar belum ideal dan sering menurun, karena petani kerap memiliki pengeluaran tidak terduga dan mendadak di luar musim panen, seperti harus membayar sekolah anak, atau lainnya,” katanya Minggu (7/4).

Dia menjelaskan, buruknya manajemen keuangan kerap membuat nilai tukar tidak ideal. Sebenarnya petani harus pintar menajemen keuangan. Terkadang, saat waktu pembelian pupuk para petani tidak memiliki cukup dana. Sebab para  petani biasanya punya uang saat panen, tapi uangnya tidak diatur dengan baik,

“Sehingga lepas musim panen, nilai tukar mereka menurun,“ katanya

Menurutnya, secara teori NTP yang tidak ideal menandakan biaya untuk input produksi masih lebih mahal dibandingkan harga jualnya. Padahal harga jual komoditas tidak buruk, seperti padi masih Rp 12 ribu. Sebenarnya NTP Kaltim tidak masalah, meskipun secara angka belum ideal tapi kegiatan petani tetap jalan. 

“Walaupun belum ideal, tapi para petani Kaltim masih bisa bersaing hal itu terlihat dari jumlah produksi petani yang terus meningkat, salah satunya padi yang setiap tahunnya meningkat 10 persen,” pungkasnya. (*/ctr)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X