Gempa Sulteng Tak Picu Tsunami

- Minggu, 14 April 2019 | 10:50 WIB

JAKARTA–Situasi Kota Palu, Luwu dan Banggai, Sulawesi Tengah setelah dilanda gempa berkekuatan 6,8 Skala Richter (SR) Jumat lalu mulai kondusif. Warga pun sudah kembali ke kediamannya masing-masing.

“Status ancaman waspada (kode kuning) dengan estimasi tinggi tsunami kurang dari 50 cm,” kata Kepala Bidang Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono kemarin (13/04).

Peringatan dini tsunami akhirnya dicabut sekitar pukul 20.47 Wita. Setelah BMKG melakukan pemutakhiran magnitudo dan monitoring terhadap muka air laut melalui pengamatan tide gauge di pesisir Kendari (Sulawesi Tenggara) dan Taliabu (Maluku Utara),  tidak ada kenaikan muka air laut yang signifikan.

Pengecekan kondisi lapangan oleh BMKG dan BPBD setempat juga tidak menunjukkan adanya air surut maupun terjadinya tsunami. “Atas dasar beberapa hal tersebut, menyatakan bahwa Peringatan Dini Tsunami berakhir,” katanya.

Berdasarkan pantauan Pusat Pengendali Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), situasi masyarakat di beberapa wilayah sudah kondusif pascagempa. “Masyarakat yang mengungsi sebagian sudah pulang ke rumahnya. Sempat didirikan pengungsian di Kabupaten Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah hingga malam tadi (12/4),” kata Kapusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kemarin (13/4)

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Banggai melaporkan pada Sabtu (13/4) pukul 06.00 WIB ditemukan sekitar 1.300 Kepala Keluarga (KK) pengungsi yang tersebar di 4 titik, yaitu halaman kantor bupati, masjid An-Nur, kompleks perkantoran, Gedung DPRD dan Kantor Polres Kepulauan Banggai. “Sebagian besar telah kembali ke rumah mereka. Penyintas pulang ke rumahnya secara mandiri dan sebagian di antar oleh BPBD,” jelas Sutopo.

Meskipun demikian, tidak seketika warga mau  kembali ke rumahnya. Sutopo menyebut beberapa tetap memilih mengungsi di bukit-bukit atau di daerah yang tinggi.

Dia menegaskan, arti dari berakhirnya peringatan dini tsunami adalah Pemda setempat bisa mulai mengarahkan warganya untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Kondisi telah dinyatakan aman dari tsunami. “Di lapangan tidak mudah untuk meyakinkan masyarakat, apalagi jeda waktu antara peringatan dini evakuasi dan diakhiri dalam waktu pendek sehingga masyarakat tetap di pengungsian,” katanya.

Menurut Daryono, gempa Jumat malam dipicu oleh aktivitas sesar aktif. Ada dugaan bahwa struktur sesar yang menjadi pembangkit gempa ini adalah Sesar Peleng yang jalurnya berarah barat daya-timur laut di Pulau Peleng dan menerus ke Teluk Tolo.

Sesar Peleng merupakan sesar aktif yang memiliki laju sesar sebesar 1,0 milimeter per tahun dan magnitudo maksimum yang mencapai 6,9 SR. Daryono menyebut wilayah Kepulauan Banggai berada di kawasan rawan gempa dan tsunami. ”Secara tektonik di wilayah ini terdapat beberapa sesar aktif, seperti Sesar Naik Batui, Sesar Balantak, Sesar Ambelang, dan Sesar Peleng,” katanya.  

Berdasarkan catatan sejarah, Kepulauan Banggai sudah beberapa kali diterjang tsunami. Diantaranya pada 13 Desember 1858. Terjangan tsunami menyebabkan banyak desa-desa di pesisir pantai Kepulauan Banggai mengalami kerusakan yang parah.  Pada 29 Juli 1859 wilayah Kepulauan Banggai kembali dilanda tsunami yang menerjang dan merusak banyak bangunan rumah yang terletak di wilayah pesisir. Terakhir adalah tsunami akibat gempa dengan magnitudo 7,5 SR yang terjadi  pada 4 Mei 2000. (tau/jpg/ypl)

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puncak Arus Balik Sudah Terlewati

Selasa, 16 April 2024 | 13:10 WIB

Temui JK, Pendeta Gilbert Meminta Maaf

Selasa, 16 April 2024 | 10:35 WIB

Berlibur di Pantai, Waspada Gelombang Alun

Senin, 15 April 2024 | 12:40 WIB
X