Ekspor CPO Naik di Tengah Potensi Konflik

- Rabu, 3 April 2019 | 12:36 WIB

JAKARTA – Perseteruan dengan Uni Eropa belum memengaruhi kinerja ekspor minyak sawit (CPO) RI ke Benua Biru. Berdasar data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), ekspor CPO RI ke Uni Eropa justru tumbuh 27 persen pada Februari jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Memang secara total, ekspor CPO dan turunannya merosot 11 persen dari 3,25 juta ton pada Januari menjadi 2,88 juta ton pada bulan kedua 2019. Namun, ekspor ke beberapa area seperti Uni Eropa dan Bangladesh naik. Untuk Bangladesh, ekspor meningkat 8 persen.

Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menyatakan, ekspor CPO hanya 852,3 ribu ton dan sisanya merupakan produk turunan. Negara yang permintaannya melemah signifikan adalah Amerika Serikat yang turun 48 persen, Pakistan 41 persen, Tiongkok 22 persen, Afrika 16 persen, dan India 14,5 persen. ’’Penurunan disebabkan bulan Februari lebih pendek daripada Januari,” ujar Mukti kemarin (2/4).

Menurut Mukti, tantangan hambatan perdagangan paling besar adalah adopsi Renewable Energy Directive (RED) II oleh Komisi Uni-Eropa pada 13 Maret 2019. Kebijakan itu bakal menghapus penggunaan biodiesel berbasis sawit karena dianggap memiliki risiko tinggi terhadap deforestasi. Gapki pun masih mempertanyakan landasan ilmiah kebijakan RED II karena tak seimbang untuk penggunaan minyak nabati lain seperti kedelai, rapeseed, dan biji bunga matahari. ”Diskriminasi Uni Eropa tentu sangat merugikan negara produsen sawit,” tambahnya.

Selain ekspor, pemakaian CPO dalam negeri pada Februari meningkat. Program B20 mencatatkan penyerapan biodiesel 648 ribu ton atau naik 17 persen daripada Januari yang hanya 552 ribu ton. Para pengusaha berharap uji coba B30 segera dilaksanakan untuk implementasi peningkatan kadar CPO dalam biodiesel menjadi 30 persen.

Mukti mengungkapkan, penggunaan biodiesel berbasis CPO bakal meningkatkan konsumsi nasional serta menghemat devisa impor migas. ”Tingginya penggunaan CPO dalam negeri akan mengurangi ketergantungan kepada ekspor,” bebernya. Data Gapki menunjukkan, stok minyak sawit pada Februari 2,5 juta ton atau turun 17 persen daripada pasokan akhir yang mencapai 3,02 juta ton pada Januari.

Di samping itu, harga rata-rata bulanan CPO global naik 5 persen secara month-to-month menjadi USD 556,50 per metrik ton (MT). Sepanjang Februari, harga CPO global bergerak di kisaran USD 542,50 per MT hingga USD 572,50 per MT. Naiknya harga didorong berkurangnya stok minyak sawit di Indonesia, Malaysia, dan minyak nabati lain di beberapa negara produsen. (agf/c6/oki)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB
X