Sigap Deteksi Stunting agar Cepat Ditangani

- Minggu, 31 Maret 2019 | 12:48 WIB

ISU kesehatan gizi, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu cukup lama. Sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Ade D Raihani selaku ahli gizi membeberkan. Bahwa, balita pendek atau stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, dan hasilnya di bawah batas standar atau tidak normal.

Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, masalah balita pendek mampu menggambarkan adanya masalah gizi kronis. Hal itu terjadi akibat kondisi calon ibu selama mengandung, hingga masa bayi atau balita. Termasuk juga penyakit yang diderita sesaat setelah dilahirkan.

Namun, untuk para ibu tak perlu khawatir. Ade membeberkan bahwa upaya yang harus dilakukan untuk mengantisipasi sang buah hati terkena stunting adalah pemantauan status tinggi dan berat badan anak secara rutin. Anak yang berusia di bawah dua tahun bisa diukur tinggi badannya dalam posisi tidur sedangkan anak-anak di atas dua tahun bisa diukur dalam keadaan berdiri.

"Usai melahirkan, para orangtua akan diberikan buku kesehatan ibu dan anak (KIA). Jika Anda rutin membawa anak ke puskesmas, pihak medis akan mencatat perkembangan sang anak berjalan normal atau sebaliknya. Kalau tinggi badan anak di bawah standar, pasti akan diperingatkan oleh pihak medis,” jelasnya.

Karena itu, Ade mengimbau kepada orangtua muda yang belum paham tentang gizi dan tumbuh kembang anak, jangan malu dan malas ke puskesmas. Sebab, nasib tumbuh kembang anak berada di tangan Anda.

Tak hanya rutin melakukan pemeriksaan, jika tidak ada kendala, sang ibu juga wajib memberi ASI eksklusif hingga enam bulan. Kalau memungkinkan, akan lebih baik pemberian ASI terus dilanjutkan hingga anak dua tahun.

Selain ASI eksklusif, sang ibu wajib memberikan makanan pendamping ASI (MPASI). Hal ini untuk melengkapi kebutuhan nutrisi, serta kesiapan organ bayi menerima makanan tambahan.

“MPASI boleh dimulai saat anak sudah lulus dari ASI eksklusif, tepatnya saat enam bulan. Boleh diberi pisang, pepaya, kentang, bubur susu, bubur saring atau nasi yang dihaluskan. Setelah 1 tahun lebih, barulah anak boleh diberi nasi dengan lauknya seperti, tahu, tempe, telur, ikan, atau daging yang sudah dicincang,” imbuh perempuan 25 tahun itu.

Hal-hal yang baru dijelaskan merupakan upaya setelah melahirkan. Tak ketinggalan, Ade membeberkan tips antisipasi bagi Anda yang tengah mengandung. Yakni menambah kebutuhan kalori setiap trimester.

“Slogan kami bukan lagi 4 sehat 5 sempurna. Tapi, gizi yang seimbang. Oleh karena itu, beda kondisi, beda pula kebutuhan makanannya. Khususnya untuk ibu hamil, yang setiap trimester wajib menambah porsi makan 100 kalori. Sederhananya, trimesterpertama 100, kedua 200, dan ketiga 300 kalori,” lanjutnya.

Hal itu wajib dilakukan, apalagi jika sang ibu memiliki riwayat stunting juga. Meskipermasalahan gizi bukan tipe penyakit yang bisa menurun, perbaikan gizi dan kesehatan ibu hamil menjadi cara terbaik dalam mengatasi stunting.

Ade mengimbau kepada seluruh orangtua untuk sigap memperbaiki gizi anak ketika didiagnosis menderita stunting. Sebab, upaya untuk memperbaiki akan percuma jika usia anak sudah melewati batas remaja. Pertumbuhan anak akan selesai, dan dampak stunting akan terus berkembang saat usia dewasa. (*/nul*/rdm2/k16)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X