Israel melakukan serangan roket terhadap wilayah Hamas di Jalur Gaza. Dilansir dari BBC pada Selasa (26/3), insiden itu terjadi beberapa jam setelah sebuah roket menghantam sebuah rumah di utara Tel Aviv yang diduberasal dari Hamas.
Israel Defense Forces (IDF) mengatakan, kantor pemimpin politik Hamas dan markas intelijen Hamas menjadi target. Kementerian kesehatan Gaza mengatakan, tujuh orang terluka dalam serangan itu.
IDF sebelumnya menyalahkan Hamas. Sebab roket yang mereka luncurkan melukai tujuh orang di Israel.
Konflik Israel-Palestina terus membara seolah sulit mencapai perdamaian (AA)
"Israel tidak akan mentolerir ini, saya tidak akan mentolerir ini," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahukepada wartawan saat upacara di Washington di mana Presiden AS Donald Trump secara resmi mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan yang direbut dari Syria.
"Israel menanggapi dengan paksa agresi sewenang-wenang ini," tambah Netanyahu.
Trump mengecam serangan oleh Hamas itu sebagai serangan tercela. "AS mengakui hak mutlak Israel untuk mempertahankan diri."
Sejauh ini tidak ada kelompok militan Palestina yang mengatakan mereka menembakkan roket. Seorang pejabat Hamas yang tidak disebutkan namanya mengatakan, pihaknya tidak melakukannya.
Pada pukul 22:00 waktu setempat, para pejabat Hamas memberi tahu kantor-kantor berita bahwa gencatan senjata telah dicapai dengan bantuan para mediator Mesir. Insiden tersebut menjadi roket terjauh yang pernah dicapai di Israel sejak konflik 2014 di Gaza.
Juru Bicara IDF Mayor Mika Lifshitz mengatakan, dia yakin kalau Hamas yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. "Ini roket Hamas, roket itu sdibuat oleh Hamas. Roket itu memiliki kemampuan untuk mencapai jarak lebih dari 120 km,” katanya.
Sementara itu, sumber-sumber keamanan Palestina, media dan saksi mata mengatakan, ada serangan di Gaza pada Senin malam. IDF dan TV Al-Aqsa Hamas mengatakan, kantor pemimpin politik Hamas Ismail Haniya di Distrik Rimal, Kota Gaza dibom. Tidak jelas apakah dia ada di dalamnya pada saat itu. (Dinda Lisna, Verryana Novita Ningrum/jpc)