Diawali Suara Gemuruh, 66 Orang Tewas Diterjang Banjir Bandang

- Senin, 18 Maret 2019 | 11:33 WIB

JAYAPURA-Kabupaten Jayapura dan tanah Papua berduka. Banjir bandang yang terjadi Sabtu malam (16/3) dengan titik terbesar di Sentani menelan puluhan korban jiwa dan luka-luka.

Untuk musibah banjir bandang menurut data yang diperoleh dari Posko Induk di kantor Bupati Jayapura, hingga pukul 21.00 WIT, tercatat 66 orang meninggal dunia dan 105 mengalami luka-luka (data lengkap lihat grafis). Banjir bandang ini juga mengibatkan 4.226 orang mengungsi di beberapa titik di Kabupaten Jayapura, Minggu (17/3).

Jumlah korban akibat banjir bandang ini diprediksi bertambah karena belum semua korban ditemukan. Pencarian juga masih terus dilakukan hingga Minggu (17/3) malam.

Dari pantauan Cenderawasih Pos dan keterangan yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan, banjir bandang ini memporak porandakan tiga distrik, Sentani Kota, Sentani Barat dan Rafeni Rara. Yang paling parah Distrik Sentani Barat dimana hampir 80 persen lokasi terkena dampak.

Sejumlah kawasan perumahan termasuk fasilitas umum bahkan lapangan terbang dengan tiga pesawat ikut terkena imbas banjir. Tiga pesawat dimana salah satunya milik BNPB ini rusak parah.

Keterangan dari beberapa orang yang menyaksikan kejadian ini mengatakan bahwa sejak sore awan mulai gelap dan terdengar beberapa kali suara gemuruh di ketinggian Cycloop. Di sini disebutkan jika Cycloop memberi tanda yang tak biasa.

“Jadi malam setelah hujan deras terdengar suara gemuruh lebih dulu tapi kami tidak menyangka jika akan ada banjir seperti ini dan ternyata malah banjir,” kata Ayub warga Sentani.

Hal ini juga dibenarkan Pdt. Lukas Hamadi yang mendengar banyak cerita dari keluarga istrinya yang tinggal di Sentani. Pdt Lukas juga ikut berduka karena keluarga dari istrinya ada yang meninggal. “Jadi saat hujan pertama ini keluarga saya sempat keluar dan mencari tempat aman di lapangan. Setelah hujan reda mereka kembali ke rumah untuk bersih-bersih,” ungkap Pdt. Lukas di ruang jenazah RS Bhayangkara, Minggu (17/3) siang.

Tak lama hujan kembali turun dan terdengar suara gemuruh. Saat itu keluarganya semua kembali keluar dan sempat meminta almarhum opa Wiem Tapilatu ini ikut keluar tapi nampaknya lambat dan akhirnya banjir menyapu.

“Jadi ada suara gemuruh di atas baru hujan besar turun. Opa sudah dipanggil tapi terlambat,” tandasnya.

Ketua Dewan Adat Suku (DAS) Sentani, Daniel Toto menjelaskan soal kondisi Cycloop yang marah dan meradang. Daniel Toto menyampaikan bahwa beberapa kegiatan sudah dilakukan dan menunjukkan sikap masyarakat dari lima suku besar yang mengelilingi Cycloop. Namun pihaknya prihatin karena akhirnya Cycloop menjadi marah. Ia menyebut bahwa komitmen yang pernah dibuat seharusnya ditindaklanjuti.

“Semua pihak harus bergerak menyelamatkan Cycloop. Ini peristiwa kali kedua dan menjadi teguran berarti,” jelasnya tadi malam. Ia menyebut bahwa pihak DAS akan melakukan rapat dengan pemerintah untuk merefleksi pernyataan yang pernah dibuat. “Mungkin ada bagian yang tidak dilaksanakan. Artinya dari masyarakat adat Cyclop harus diselamatkan karena menyimpan kehidupan. Yang bukan masyarakat adat harus turut sama-sama memberikan dukungan,” katanya.

Pihaknya juga meminta kawasan penyangga segera dikosongkan dan jangan ada toleransi lagi. “Saya berada di tengah peristiwa ini dan kami akan undang teman-teman 5 DAS untuk bicarakan ulang. Mungkin pemerintah dan masyarakat menganggap tidak serius tapi hasilnya seperti ini. Tahun 2007 masih ada toleransi tapi saat ini tidak,” tegasnya.

Secara adat Daniel Toto menjelaskan bahwa kepercayaan masyarakat adat Cyclop adalah ibu kandung karena menyediakan semua kebutuhan masyarakat ada disektarnya. “Jika terus menebang maka ibarat kami sedang membuka pakaiannya dan jika mengambil pasir batu ibarat menghancurkan tulang tulang yang membuat Cyclop berdiri dan yang tidak diharapkan sudah terjadi. Ini pertanda moyang kami yang jaga cyclop tidak lagi terima perilaku manusia ini,” beber Toto.

“Kalau banjir dari gunung artinya ada yang terganggu di atas ada keseimbangan yang hilang,” pungkasnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X