Fokus dan Profesional

- Minggu, 17 Maret 2019 | 10:49 WIB

HARI semakin sore. Jumiati Marcarolina Suhaime masih setia membagi kisah dan sepak terjangnya sebagai make up artist (MUA). Rasanya, dia masih tak menyangka jika kini sudah banyak klien yang dia tangani. Mengingat pada awal kariernya banyak yang meragukan, hal itu justru menjadi cambuk semangat.

Sadar tak bisa bekerja sendiri, kini Qory memiliki tim. Bermula saat dirinya sudah banyak menerima job untuk merias wisudawati Unmul pada September 2018. Para anggota tim tersebut berasal dari orang-orang yang ikut kursus make-up dengan Qory. Setelah menjadi MUA, Qory juga ingin untuk membagikan ilmunya kepada orang banyak. Enam bulan setelah dia kursus make-up, Qory memberanikan diri membuka kelas privat.

“Aku enggak secara langsung mengiklankan bahwa aku buka kelas kursus make-up. Tapi, kalau misalkan ada yang nanya apakah bisa belajar make-up dengan aku, ya aku akan menjawab bisa. Jadi personal aja,” jelas anak kedua dari empat bersaudara itu.

“Aku dulu sempat ragu banget kalau buka kursus make-up. Sampai aku minta pendapat dari suamiku dan dia bilang, jangan sembarangan. Ini kan mengajari orang. Jadi waktu itu, aku juga enggak yang asal ambil. Semua aku pikirkan dengan matang,” lanjut alumnus SMK 1 Samarinda itu.

Dia menerapkan sistem privat pada kursusnya. Agar tetap fokus, Qory memilih untuk menangani satu orang tiap pertemuan. Dia tak mau terlalu banyak mengambil peserta kursus dan hasilnya justru jadi kurang maksimal karena tak fokus.

Jasa riasnya semakin dikenal hingga luar Samarinda. Sebut saja Muara Badak, Sangasanga hingga Sangatta. Tapi, dia tak pernah mengambil itu karena terhalang satu dan lain hal. Belum lama ini, ada kejadian yang cukup berkesan. Seorang klien berbohong padanya jika beralamat di Samarinda Kota. Ternyata, setelah dikonfirmasi lebih lanjut, calon klien tersebut berasal dari Palaran. Sempat membuat Qory kesal, akhirnya dia tetap mengambil job itu.

“Iya, dia sampai begitu karena ingin banget dirias sama aku. Setelah ketemu, akhirnya aku bilang sih ke dia kalau dia orang pertama yang berhasil bikin aku bisa berangkat ke sana. Memang sih enggak terlalu jauh dari Samarinda, tapi kan seram juga kalau subuh-subuh ke sana, masih gelap,” ucapnya.

Menjadi ibu tiga anak, membuat Qory harus pintar membagi waktu. Untungnya, pekerjaan sebagai MUA termasuk fleksibel. Namun, demi menjaga profesionalitasnya, ketika bekerja Qory harus menitipkan anaknya kepada saudara,

“Kalau sudah kerja aku harus lepas fokus. Kalau saat bekerja dan aku memikirkan anak-anak, otomatis aku enggak akan bisa totalitas. Aku selalu sampaikan itu ke saudara-saudaraku. Ketika aku di luar rumah, aku harus kerja dan aku harus selalu percaya dengan yang menjaga anak-anakku,” ucap Qory serius.

Saat bekerja, dia juga tak menghubungi anak-anaknya. Bukan bermaksud mengesampingkan, dia hanya berniat menjaga totalitas selama bekerja. “Kecuali ada hal darurat seperti misalnya anakku ada yang sakit, ya aku harus cepat pulang,” ujarnya.

Qory sudah sangat jatuh cinta dengan pekerjaannya. Sebagai MUA, banyak hal yang telah dia dapatkan. Dia juga tak merasa tersaingi dengan MUA lainnya. Menurutnya, setiap orang memiliki ciri khas masing-masing dan gaya tersendiri. Tak hanya fokus dengan make-up, kini Qory melebarkan sayapnya dengan menyediakan sewa gaun. Dari sekian banyak hal yang sudah dia raih, Qory masih menyimpan harapan-harapan besarnya.

“Harapanku ingin punya wedding organizer dan dekorasi. Masih banyak yang ingin aku eksplor. Bagaimanapun juga, ucapan adalah doa,” tandas Qory singkat lalu tersenyum. (*/ysm*/rdm2)

Editor: octa-Octa

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X