SURABAYA – Pertumbuhan jasa pengiriman barang lewat jalur laut belum sesuai harapan. Kendati terus tumbuh, transportasi laut belum menjadi jalur utama. Bukan hanya transportasi angkutan orang, melainkan juga barang. Padahal, sebagai negara kepulauan, potensi laut sebagai jalur transportasi utama sangatlah besar.
Ketua Indonesian National Shipowners Association (INSA) Surabaya Stenven Lasawengen mengatakan bahwa kinerja industri pelayaran belum maksimal. Terutama pengiriman barang lewat jalur laut. ”Ini baru mulai merangkak kembali. Untuk bangkit seperti kejayaan 10 tahun lalu masih sangat sulit,” terangnya saat dijumpai kemarin.
Salah satu penyebabnya adalah menurunnya permintaan pengiriman barang. Stenven mengatakan, permintaan pengiriman barang lewat kargo laut anjlok. Padahal, jumlah pelaku industri tersebut banyak. ”Suplainya itu sekarang sudah melebihi demand. Maka, terjadilah perang tarif itu,” ujar Stenven.
Pada 2018, INSA Surabaya mencatatkan pertumbuhan permintaan lewat kargo laut sebesar 5 persen. Tahun ini, Stenven berharap pertumbuhannya meningkat. Setidaknya menjadi sekitar 7 sampai 10 persen. ”Tetap tumbuh. Tapi, belum menggembirakan,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Stenven mengatakan bahwa digitalisasi bisa menggairahkan kargo laut. Sayangnya, teknologi itu belum bisa dimanfaatkan secara maksimal. Sebab, belum semua pelaku usaha mengecek pengiriman dan pemesanan jadwal secara online. ”Kami belum mendapatkan substansi prinsip Industri 4.0. Seharusnya, digitalisasi itu mempermudah perkembangan industri karena tidak lagi man-to-man,” ucap Stenven.
Menurut dia, digitalisasi industri pelayaran akan memperluas akses bagi penyedia jasa untuk mendapatkan konsumen. Konsumen pun akan menikmati kepraktisan pengiriman barang. Lewat digitalisasi, seharusnya rangkaian proses pengiriman barang lebih singkat. ”Tidak perlu booking segala macam” usulnya. (ell/c6/hep)