Memilih (Ke) Pemimpin (An) dengan Iman

- Minggu, 3 Maret 2019 | 11:21 WIB

Oleh : Dewi Sartika, SE., MM*

 

Perhelatan akbar sebentar akan digelar.Pemilihan Umum serentak di seluruh Indonesia.Dari perkiraan calon pemilih kurang lebih 192 juta dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang dirilis Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Adapun jumlah pemilih secara keseluruhan, baik di dalam serta luar negeri, adalah 192.828.520 pemilih.Dari jumlah tersebut, sebanyak 190.770.329 merupakan pemilih di dalam negeri.Sedangkan pemilih di luar negeri sebanyak 2.058.191 pemilih.Jumlah pemilih luar negeri ini tersebar di 130 perwakilan RI di seluruh dunia.

Mengenai pemilih laki-laki secara total, baik di dalam negeri maupun luar negeri, adalah 96.271.476 pemilih.Sedangkan perempuan sebanyak 96.557.044 pemilih.

Banyak tulisan mengurai preferensi dan proporsi usiapemilih dalam pemilihan serentak kali ini. Diantaranya hadirnya generasi milenial (17 tahun – 35 tahun) kurang lebih 40% yang dianggap sebagai generasi baru yang melek informasi dan terkoneksi melalui jejaring media sosial digital dan mesin potensial pendulang suara elektoral.

Survei Poltracking Indonesia per Februari 2018 menilai potensi pemilih milineal tersebut tidak jauh berbeda dengan genrasi pemilih matang (36 tahun ke atas) dengan angka partisipasi keduanya di kisaran angka 76%-77%.Dalam survey ini mengklasifikasi berbagai atribut kandidat dalam berbagai variabel sosiologis untuk diketahui tingkat preferensi pemilih terutama generasi milineal.

Diantaranya potensi partisipasi politik dan kemantapan pilihan; sensitifitas pada isu sosial/kebijakan; soal preferensi terhadap kandidat dan pilihan politiknya dalam pemilu, baik karakter kandidat yang disukai maupun dukungan personal terhadap kandidat.Sehingga tersematkan sebutan pemilih religius, pemilih rasional-sosiologis, bahkan pemilih galau dan sebagainya.

Time line sosial media pun seketika menjadi riuh pasca debat pilpres semalam. Sajian data dan infografis menguatkan argument. Ada satu tulisanmenarik perhatian dengan judul memilih pemimpin dengan akal sehat.Segudang pertanyaan menghampiri.Setelahnya, tulisan sederhana inipun mengalir.

Pemimpin berkaitan erat dengan kepemimpinan.Kita ambil satu referensi dari pakar manajemen George R. Terry. Menurutnya, kepemimpinan adalah kegiatan-kegiatan untuk mempengaruhi orang orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok secara sukarela, dengan karakter kepemimpinan berikut diantaranya;

(1) Energik, mempunyai kekuatan mental dan fisik; (2) Stabilitas emosi, tidak boleh mempunyai prasangka jelek terhadap bawahannya, tidak cepat marah dan harus mempunyai kepercayaan diri yang cukup besar;(3) Mempunyai pengetahuan tentang hubungan antara manusia; (4) Motivasi pribadi, harus mempunyai keinginan untuk menjadi pemimpin dan dapat memotivasi diri sendiri; (5) Kemampuan berkomunikasi, atau kecakapan dalam berkomunikasi dan atau bernegosiasi;  (6) kecakapan dalam mengajar, menjelaskan, dan mengembangkan bawahan; (7) Kemampuan sosial agar dapat menjamin kepercayaan dan kesetiaan bawahannya, suka menolong, senang jika bawahannya maju, peramah, dan luwes dalam bergaul; (8) Kemampuan teknik, atau kecakapan menganalisis, merencanakan, mengorganisasikan wewenang, mangambil keputusan dan mampu menyusun konsep.

Sejenak melihat kepemimpinan pemimpin besar yang melegenda bahkan dalam berabad-abad dari akhir kehidupannya.  Sebutlah nama Muhammad SAW. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS.al-Ahzab [33]: 21).

Tiga kata menjadi ciri kepemimpinannya dari literasi tersebut yaitu teladan (role model), mengharap kepada Tuhan dan hari kiamat, banyak menyebut nama Tuhan. Sebelum memimpin diluar dirinya, pemimpin sudah mampu memimpin dirinya sendiri sehingga mampu menjadi teladan bagi orang lain, sentiasa mengembangkan yang dipimpinnya ke arah lebih baik tanpa melepaskan diri dari Tuhan karena menyadari kelemahannya sebagai pemimpin, dengan menyandarkan diri selalu kepada Tuhan atas segala juangnya dalam memimpin.

Dengan kata lain, kepemimpinan tidak dapat dipisahkan dalam nilai (value) yang diyakininya. Dalam berbagai literasi terkait kepemimpinan dalam berbagai kitab agama, dijelaskan nilai-nilai sebuah kepemimpinan.Marilah kita sebut beberapa diantaranya.

(1) Siddiq (jujur) sehingga ia dapat dipercaya; (2) Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi; (3) Amanah (bertanggung jawab), lepas dari khianat dalam menjalankan tugasnya; (4) Fathanah (cerdas) dalam membuat rencana, visi, misi, strategi dan implementasi;  (5) Musyawarah secara obyektif, dan hormat;  (6) Adil, tidak berat sebelah; dan (7) Kebebasan berfikir, bertukar ide dan gagasan dilandasi tujuan bersama.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X