TANJUNG SELOR – Pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) di Kaltara masih sangat kecil. Bahkan, berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara beberapa di antaranya mengalami penurunan di triwulan empat tahun lalu.
IMK yang mengalami penurunan produksi yaitu industri minuman -1,55 persen, industri pakaian jadi -2,16 persen, industri kayu, barang dari kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya sebesar -26,67 persen.
Selain itu, industri barang logam bukan mesin dan peralatannya -18,42 persen, serta industri pengolahan lainnya -9,82 persen. Sementara itu, jenis industri yang mengalami kenaikan produksi adalah industri makanan 4,02 persen, industri tekstil 20,65 persen, industri percetakan dan reproduksi media rekaman 35,46 persen, industri barang galian bukan logam 5,60 persen, lndustri farmasi, obat dan obat tradisional 2,28 persen, industri alat angkutan lainnya 0,49 persen dan industri furniture 5,72 persen.
“Industri mikro adalah industri yang mempunyai tenaga kerja 1 sampai 4 orang. Sedangkan industri kecil adalah industri yang mempunyai tenaga kerja 5 sampai 19 orang,” ujar Kepala BPS Kaltara Eko Masroro, kemarin (25/2).
Menurutnya, turunnya produksi IMK Kaltara karena kurangnya pembeli. “Triwulan sebelumnya tinggi karena saat-saat itu banyak pembeli dari luar yang datang, ekspor meningkat sehingga industrinya tetap jalan. Jadi seperti itu yang saat ini dialami di Kaltara,” beber Eko.
Produksi kerajinan dari rotan, kata dia, penjualannya tidak banyak karena pembeli dari mancanegara yang datang ke Kaltara tidak sebanyak triwulan sebelumnya. “Penyebab berkurangnya kedatangan tamu mancanegara karena harga tiket transportasi udara yang begitu tinggi, sehingga membuat mereka enggan masuk ke Kaltara,” ungkapnya. (*/fai/fen/kpg/kri/k16)