Tak Ada Suka Tanpa Duka

- Minggu, 3 Februari 2019 | 11:26 WIB

SIAPA warga Samarinda yang tidak mengenal sosok make up artist (MUA) yang terkenal dengan sebutan Icha Mahendra. Jika Anda warga lama Kota Tepian, nyaris tidak mungkin jika tak mengenal perempuan yang memiliki nama lengkap Khairunnisa itu. Terlebih untuk Anda yang tengah sibuk menyiapkan kebutuhan pernikahan.

Perempuan pemilik 59 ribu pengikut pada akun Instagram-nya itu salah satu perias pengantin senior di Samarinda. Tak hanya jago kandang, jasa Icha dikenal hingga Pulau Jawa. Tidak mudah, perempuan 33 tahun itu mengaku begitu banyak keringat serta air mata yang terkuras demi berada pada titik sekarang.

Pada 2009, Icha pernah mendapat 6 klien penari di Balikpapan yang satu orangnya hanya membayar Rp 50 ribu. Bersama suami, dia berangkat ke Balikpapan menggunakan motor matic. Bukan perihal perjalanan jauh, melainkan sikap klien yang membuat Icha sedih saat itu.

“Sudah hujan, kehujanan. Panas, kepanasan. Sampai sana mereka masih berusaha menawar harga. Namanya manusia, wajar kecewa. Apalagi perjalanan yang ditempuh enggak sebentar. Belum lagi tenaga yang aku gunakan buat rias mereka. Bukannya enggak bersyukur, tapi bawa pulang Rp 300 ribu saja habis untuk bensin dan makan di jalan,” tuturnya.

Meski mendapat imbalan “receh” dia tetap berusaha konsisten pada dunia tata rias. Bahkan dia membeberkan, beberapa MUA hit Samarinda pasti pernah dibayar murah atau bahkan tidak dibayar. Namun, secara tidak langsung lika-liku itu mampu membuktikan mana yang benar-benar tulus ada di dunia penata rias, mana yang sekadar coba-coba.

“Engga ada orang yang bisa sukses tanpa suka duka, termasuk aku. Makanya sesakit apapun, aku tetap berusaha menikmati dan mensyukuri. Cintai proses, ibarat kopi, masih bisa dinikmati meski pahit,” tutur perempuan berhijab itu.

Masih dalam cerita duka, Icha mengaku saat SMA dia pernah menjadikan adiknya kelinci percobaan. Selain bermodal ingatan selama kursus tata rias yang kemudian dia tak lanjutkan karena kendala biaya, perempuan yang kental dengan logat Banjar itu gemar mencari kekurangan dari hasil riasan dan lekas mencari solusi.

“Saudaraku itu pernah aku cukur alisnya sampai habis. Soalnya kekurangan aku pas masih pemula itu menggambar alis. Sebelum alis tebal yang hit sekarang, dulu itu masih heboh model alis tipis, runcing dan menukik dramatis. Karena alis adikku tebal, akhirnya aku cukur dan belajar di wajahnya. Bukannya adikku, tapi ibuku yang mengamuk,” ungkapnya kemudian tertawa.

Masih berkaitan dengan tata rias pengantin, Icha melebarkan sayap bisnisnya menjual peralatan kosmetik melalui media sosial. Serta, menyewakan gaun pengantin hasil desainnya dan beberapa gaun dari Turki.

Pada akhir perbincangan, perempuan kelahiran 1985 itu mengaku masih banyak yang ingin dicapai. Salah satu kemauan terbesarnya adalah membuka lapangan pekerjaan yang menaungi para profesional MUA dan mengurangi intensitas pekerjaannya.

Dirinya pernah keguguran akibat tingginya jadwal rias. Oleh sebab itu, dia berharap semua MUA memiliki wadah khusus. Sehingga waktu antara pekerjaan dan diri sendiri atau keluarga menjadi jelas. Apalagi tak sedikit MUA yang kurang istirahat, dikejar jadwal merias.

Icha berpesan untuk tetap percaya diri dan memperluas kapasitas diri semaksimal mungkin. Jangan benci proses dan kegagalan. Sebab, setiap kegagalan akan membawa satu benih kesuksesan. (*/nul*/rdm2)

Editor: octa-Octa

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X