SAMARINDA - Rencana pembangunan bagian depan kampus Universitas Mulawarman (Unmul) sempat mendapat pertentangan. Warga khawatir pembangunan itu bakal menyebabkan banjir di sekitarnya dan menyengsarakan warga Gunung Kelua.
Diketahui, bagian depan kampus Unmul bakal dibangun dengan konsep outdoor learning space. Jumat (1/2) dilakukan mediasi di Gedung Rektorat lantai III. Hadir perwakilan dari lima RT yakni RT 27, 28, 29, 30, dan 31 serta perwakilan dari pihak kontraktor, PT Nusa Konstruksi Enjiniring dan konsultan, PT Ciriajasa Cipta Mandiri.
Pukul 14.00 Wita, rapat dimulai. Rektor Unmul, Masjaya, memberi penjelasan terkait pembangunan di kampus hijau ini. Sementara menurut warga, mereka merasakan dampak lingkungan yang cukup mengganggu, khususnya banjir akibat dari pembangunan tersebut. Mereka menyebut hal itu harus mendapatkan penanganan lebih lanjut dan menuntut perhatian serius dari pihak Unmul.
Masjaya dengan terbuka mendengarkan keluh kesah warga yang hadir. Dia menuturkan, meski tengah menata ulang pembangunan yang ada, pihaknya tetap memerhatikan lingkungan sekitar.
Ada beberapa hal yang dibicarakan, di antaranya adalah perluasan penampungan air kolam Unmul dan tata kelola pembuangan air dari lapangan bola Kurusetra dan sekitar rusunawa. Warga khawatir jika penampungan air diperkecil, kapasitas daya tampung air di kolam tersebut akan berkurang banyak dan limpasan air akan membuat rumah warga terkena banjir. Sedangkan polder yang ada di sekitar lapangan bola dan rusunawa terlihat tak terawat.
Pembuangan air dari sekitar sana justru diarahkan ke bak penampungan yang kapasitas daya tampungnya lebih kecil dibanding dengan volume air yang masuk. Akibatnya sama, air akan melimpas ke jalan dan memasuki pekarangan rumah warga.
“Kami tidak melarang pembangunan yang sedang dikerjakan Unmul. Kami hanya minta tolong lingkungan diperhatikan. Limbah air itu jangan sampai mengganggu wilayah sekitar,” ungkap Laode Rahman, ketua RT 29.
Menyikapi hal tersebut, Masjaya mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak yang menangani hal teknis di lapangan. Terkait volume penyimpanan air juga sudah ditambah dan diperluas. Menurutnya, hal itu tidak akan mengganggu pemukiman warga.
Soal masukan agar pembuangan air dari kolam diarahkan ke daerah Mal Lembuswana, menurut Masjaya berat dilakukan. “Satu-satunya solusi terbaik adalah dengan memperbanyak volume air,” paparnya.
Kesimpulan dari rapat itu ditemukan jalan tengah di antara kedua belah pihak untuk meninjau pembangunan bersama. Masjaya juga mempersilakan warga untuk ikut mengawasi langsung pekerjaan dari kontraktor dengan catatan, perihal pembuangan air baiknya disampaikan lebih dulu pada warga. Menurutnya, hal itu baik dilakukan agar warga juga mengetahui perkembangan dari pembangunan yang ada dan menghindari kesalahpahaman.
“Setelah mendapatkan penjelasan tadi, akhirnya kami merasa lega dan jelas. Selama ini simpang siur informasinya kalau itu mau ditutup dan lain-lain. Nantinya, akan kami sampaikan pada warga hasil rapat ini,” beber Djamharie, ketua RT 30. (*/ysm/rsh)