NUNUKAN – Abrasi yang terjadi di pantai Pulau Sebatik, khususnya di Kecamatan Sebatik dan Sebatik Timur, semakin tak terbendung. Pengikisan bibir pantai terjadi di Desa Tanjung Aru, Kecamatan Sebatik Timur. Berikut di Desa Pada Idi, Desa Sei Manurung, dan Tanjung Karang, Kecamatan Sebatik.
Camat Sebatik Mukhlis mengatakan, abrasi di Kecamatan Sebatik telah lama, bahkan ada dua rumah telah roboh akibat bibir pantai longsor. Penyebab longsor tersebut karena bibir pantai terkikis.
“Abrasi pantai di Kecamatan Sebatik ini sudah lama terjadi. Hampir sebagian bibir pantai di Sebatik terkena abrasi. Saat warga pertama kali membangun rumah, air masih jauh dari rumah. Namun, saat ini telah masuk hingga kolong rumah,” paparnya.
Diakui Camat Mukhlis, kondisi pantai di Sebatik telah berubah total. Pada 2005 pantai masih dipenuhi hamparan pasir putih. Namun saat ini, tak ada lagi pasir yang dapat dilihat. Beberapa warga memilih mencari tempat yang lebih aman. Seperti di Pantai Kayu Angin, dulu banyak pohon kayu angin yang berdiri kukuh tapi saat ini hampir habis diterjang ombak besar. Kurang lebih 10 tahun lalu pohon kayu angin masih jauh dari terjangan ombak, tapi semakin lama bibir pantai habis terkikis.
Camat Sebatik Timur Wahyuddin mengatakan, warga yang bermukim di Jalan Pantai Indah, Desa Tanjung Aru, terkena bencana alam diakibatkan tinggi gelombang air laut. Sebab, pada awal 2019 ini air laut mengalami pasang tinggi dan dipengaruhi angin utara yang berembus sangat kencang.
“Banyak kerusakan yang terjadi akibat gelombang yang cukup tinggi,” katanya.
Wahyuddin menjelaskan, beberapa kerusakan akibat abrasi di sepanjang pantai Desa Tanjung Aru, pertama ada delapan rumah warga rusak, tiang patah dan hanya menggantung saat ini. Jembatan pos marinir mengalami patah pada tiang.
“Perlu ada tindak lanjut dan memprioritaskan anggaran lanjutan pembangunan pemecah gelombang,” ujarnya. (kpg/san/k16)