Guru Ideal dan Revolusioner

- Rabu, 30 Januari 2019 | 07:24 WIB

Oleh: Heni Susilowati MPd

(Guru SMA 1 Long Kali, Paser)

MANUSIA diciptakan Tuhan sebagai makhluk paling sempurna, salah satunya karena bisa melihat dan belajar. Proses yang diperoleh tersebut akan menuntun manusia mencari tahu dan melakukan apa yang telah dilihat dan dipelajarinya. Proses melihat dan belajar yang terjadi di masyarakat ini berkaitan proses pembelajaran yang diterima dan dialami siswa di sekolah.

Dalam dunia pendidikan, kelangsungan dan keberhasilan proses belajar mengajar tentunya bukan hanya dipengaruhi faktor intelektual siswa saja, melainkan ada faktor non-intelektual. Di antaranya kemampuan siswa untuk memotivasi dirinya, lingkungan sekitar yang turut membentuk karakter siswa serta peranan guru dalam menyampaikan informasi pembelajaran.

Ki Hadjar Dewantara sebagai tokoh penting yang meletakkan dasar tentang pendidikan di Indonesia dengan semboyannya Ing ngarsa sung tuladha, di depan memberi teladan. Ing madya mangun karsa, di tengah membangun semangat, serta tut wuri handayani, dari belakang memberi dorongan, turut memberikan andil sangat besar dalam perjalanan proses pendidikan di Indonesia.

Ki Hadjar Dewantara juga menyatakan: “Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakat.

Bila kita bisa memahami filsafat di atas dan dikondisikan dengan kemajuan bidang pendidikan seperti sekarang ini, sudah sepatutnya sebagai seorang pendidik berupaya untuk dapat mengantarkan siswanya menjadi seseorang yang memiliki etika dan budi pekerti yang baik (kekuatan karakter dan batin), mempunyai daya pikir (intellect) yang konstruktif, dan tubuh (fisik) anak yang sehat dan kuat. Sehingga dapat mengikuti perkembangan yang terjadi di luar dirinya maupun di masyarakat.

Dalam praktiknya bagian-bagian tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain untuk dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak yang selaras dengan dunianya dalam mengenyam pendidikan.

Demikian juga bila kita sering mendengar dan berdiskusi dengan siswa, mungkin pernah tercetus perkataan siswa bila mereka melihat sosok seorang guru yang mereka anggap menyenangkan dengan istilah “Guru Ideal“.

Prof Herawati Susilo MSc PhD, pakar pendidikan Universitas Negeri Malang, menjelaskan kriteria guru ideal yaitu: belajar sepanjang hayat, literatur sains dan teknologi, menguasai bahasa Inggris dengan baik, terampil melaksanakan penelitian tindakan kelas, rajin menghasilkan karya tulis ilmiah, dan mampu membelajarkan peserta didik berdasarkan filosofi konstruktivisme dengan pendekatan kontekstual.

Beberapa ahli juga memberikan ulasan tentang guru ideal, yaitu pertama, guru yang dapat membagi waktu dengan baik, di mana kualitas seorang guru bisa dilihat dari cara ia memperlakukan waktu baik dalam proses belajar mengajar, dalam keluarga dan dalam sosial kemasyarakatan.

Kedua, guru ideal adalah guru yang rajin membaca (literasi). Membaca tidak terikat waktu, ruang dan tempat, karena dapat dilakukan kapan pun, di ruang pribadi ataupun di tempat umum. Jangan sampai guru menuding bahwa minat peserta didik untuk belajar (membaca) sangat rendah, sedangkan guru sendiri tidak melakukan apa yang diinstruksikan kepada siswanya.

Ketiga, guru ideal adalah guru yang banyak menulis, juga tidak terikat ruang, waktu, dan tempat. Sangat jarang guru memanfaatkan waktu untuk menulis dalam jurnal mengajarnya di sela-sela kegiatan mengajar, yang sebenarnya dapat digunakan menjadi sebuah rancangan penelitian atau bahkan sebuah artikel. Sudahkah ini kita lakukan? Dengan menulis kita akan berada di mana-mana. Karya tulis kita akan dibaca oleh banyak orang dan dapat dimanfaatkan orang lain sebagai sumber bacaan.

Keempat, guru ideal adalah guru yang gemar melakukan penelitian. Minimal seorang guru akan selalu gelisah dengan prestasi dan proses belajar peserta didiknya sehingga guru akan terus memiliki budaya meneliti, mencari tahu solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi bila terdapat kelemahan dalam proses mengajar dan perolehan hasil belajar maupun sikap dan kepribadian siswa.

Secara umum, guru ideal adalah dambaan peserta didik, yaitu sosok guru yang mampu menjadi panutan dan selalu memberikan contoh atau keteladanan, ikhlas seperti mata air yang tak pernah habis, mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya.

Halaman:

Editor: wahyu-Wahyu KP

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X