Jangan Jadi Pemicu Kepedihan Keluarga Lain

- Selasa, 29 Januari 2019 | 08:38 WIB

CATATAN: FAROQ ZAMZAMI (*)

"DADAH, Kai. Dadah...". Teriak pelan seorang balita. Di gendongan perempuan paruh baya. Balita berbaju merah itu mengirim salam perpisahan. Dengan melambai ke arah mobil yang membawa kakeknya. Mobil putih. Dengan sirene. Kakeknya akan pergi ke tempat peristirahatan terakhir.

Dilepas seratusan orang. Keluarga dan tetangga. Termasuk balita perempuan tadi. Yang melepas dengan polos. Mengira kakeknya pergi seperti hari biasa. Yang akan kembali pulang. Lantas bercengkerama lagi dengannya. Bercanda. Atau memberi selembar rupiah untuk jajan. 

Ibu yang menggendong adalah kerabat balita itu. Terlihat tak sanggup menahan sedih. Dia paksa senyum. Walau pahit. Terus menyemangati si balita agar melepas kakek apa adanya. Seperti saat kakeknya berangkat keluar rumah untuk bekerja. Atau ke masjid untuk sujud kepada Sang Pencipta. Muka si ibu juga sendu. Matanya merah layu. Sesekali terisak. Pilu dengan kepolosan bocah yang digendongnya. Tapi dia berusaha tegar. "Itu, dadah, kai (kakek), Nak," katanya, menyemangati si balita, lagi. 

Kakek balita itu meninggal pada Jumat malam, dua pekan lalu. Mengembuskan napas terakhir di RSUD Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) Balikpapan. Sebelumnya hampir 20 hari koma. Ada luka parah di kepalanya. Sejak ditabrak, dia tak sadar. Langsung dibawa ke RSUD Ratu Aji Putri Botung. Dokter di RSUD-nya Penajam Paser Utara (PPU) itu tak sanggup menangani. Faktor peralatan yang belum mumpuni. Hari itu juga dirujuk ke Balikpapan. Menyeberangi teluk. Naik feri. Sejak hari itu sampai meninggal dua pekan lalu, dia tak sadarkan diri. Dokter tak bisa melakukan operasi. Sebelum dia siuman. Rupanya operasi belum lagi dijalani, dia sudah dipanggil Tuhan. 

Pria itu jadi korban tabrakan di Jalan Propinsi, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Hanya sekira 50 meter dari rumahnya. Yang berada di pinggir jalan. Penabraknya adalah pengendara motor. 

Baru beberapa langkah menyeberang di jalan utama yang menghubungkan Kaltim-Kalsel itu, suara benturan terdengar. Keras. Orang yang sedang berkumpul di seberang jalannya, sekira 15 meter, sampai terkaget. Langsung berlarian membantu korban. Ada yang menghentikan mobil yang melintas. Mengangkat korban. Lantas membawa ke rumah sakit.

Jalan Propinsi di depan rumahnya itu, Kelurahan Nenang, memang jalur rawan. Berstatus jalan utama antarprovinsi. Menghubungkan Kaltim-Kalsel via PPU. Jalannya memang lebar. Tanpa median. Pengguna roda dua dan empat tak sedikit yang memacu kendaraan dengan kencang. Tak heran, ada saja yang terlibat kecelakaan. 

Saat itu posisi pria tersebut akan menyeberang. Menuju rumahnya. Membawa bubu di pundak. Bubu adalah alat tangkap ikan di laut. Yang terbuat dari anyaman bambu. Banyak warga sekitar menjadi penjual dan pembuat bubu. 

Membawa bubu yang sudah jadi adalah salah satu pekerjaannya. Selain pekerjaan lain yang diterimanya. Pria paruh baya itu juga dikenal ringan tangan. Tak segan membantu warga sekitar. Kebaikannya dapat terlihat dari banyaknya yang melayat, Sabtu dua pekan lalu.  

Jika tak bekerja, dia menjaga ibunya. Yang sudah sepuh. Juga saudarinya. Yang lumpuh. Mengandalkan kursi roda untuk bergerak. Sejak tabrakan, si ibu tak diberi jawaban yang benar. Mengapa anaknya tak pulang-pulang.

Kerabat hanya menyebut pria itu masuk rumah sakit. Karena sakit kepala. Si ibu yang memang selalu dijaganya, kerap bertanya. Apalagi setiap pagi, almarhumlah yang membelikan ibunya sarapan. Ibunya suka nasi kuning. Kini ibu dan saudarinya harus kehilangan pria yang sebelumnya menjaga mereka. Memenuhi keperluan mereka. Tulang punggung keluarga.

Kepedihan keluarga itu, satu kisah pilu yang kebanyakan kita mengabaikan. Betapa sikap kita dalam berkendaraan berpengaruh besar terhadap pengguna jalan lain. Terhadap keluarga lain. Di mana saja.

Kepada Anda-Anda yang suka memacu kendaraan dengan laju. Khususnya di jalan-jalan utama. Seperti di Jalan Propinsi itu. Sedikitlah berpikir tentang orang lain. 

Berpikirlah komprehensif sebelum menarik atau menginjak gas kendaraan Anda.

Berpikirlah, laju kendaraan Anda, bisa membuat seorang ibu yang sudah sepuh, harus kehilangan anak yang harusnya menemani dia pada masa tua.

Membuat perempuan lumpuh, kehilangan saudara yang kerap menjaganya. Bisa membuat cucu kehilangan kakek yang rutin memberinya lembaran demi lembaran untuk jajan. Atau lebih luas lagi. Bisa membuat istri kehilangan suami. Suami kehilangan anak. Anak kehilangan ayah. Atau ibu. Pada keluarga lain. Di mana saja. Tertib berkendaraan di jalan bukan hanya saat ada polisi. Bukan juga hanya tugas polisi. Tanggung jawab kita juga. Para pengguna jalan. (*) 

(*) Pemred Kaltim Post

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X