Gagal, Keluarga Bisa Ikut Stres

- Jumat, 18 Januari 2019 | 07:46 WIB

ALAT peraga kampanye (APK) berdiri di tempat-tempat strategis. Berharap bisa menarik simpati mereka yang melihatnya. Menggoda dengan senyum dan janji manis. Berhasrat duduk di kursi legislatif, menjadi wakil rakyat. Pemilihan legislatif (pileg) di depan mata. Semacam lomba, banyak calonnya. Seperti yang pernah terjadi sebelumnya di beberapa daerah, kondisi para calon anggota legislatif (caleg) yang gagal tak jarang mengalami gangguan kejiwaan.

Psikolog klinis RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, Wahyu Nhira Utami, mengatakan bahwa gangguan psikologis tidak hanya dialami oleh yang gagal. Secara awam, caleg gagal memiliki potensi stres lebih tinggi. Ekspektasinya tinggi untuk menang. Namun, realita berkata lain.

“Mereka yang menang berpotensi stres juga. Lalu, orang dengan ekspektasi rendah, kemudian ternyata menang, umumnya mengalami kecemasan,” ungkap Nhira.

Apalagi jika caleg diajukan oleh mesin politiknya dengan maksud memenuhi kuota. Tidak ada hasrat ingin menang. Eh, ternyata malah terpilih. Cemas, bingung, dan tentu saja kaget. Berujung pada gangguan susah tidur, sulit konsentrasi, dan timbul gejala stres.

Terjadi pula pada kondisi mereka yang mencalonkan dengan “tujuan lain”. Semacam hanya ingin dikenal. Atau bukan orang yang paham benar dunia politik. Ketika terpilih, ternyata apa yang dijalani sehari-hari dirasa berat.

“Bingung. Belum lagi ketika rakyat menagih janji. Belum siap mental,” jelas alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta itu.

Pada mereka yang gagal, terdapat ketidakseimbangan secara psikis. Jika secara pribadi (internal) seseorang tersebut bisa mengelola, maka tidak akan terlalu berdampak. Berbeda pada mereka dengan ketahanan stres rendah.

Itu mengapa salah satu syarat administrasi pendaftaran caleg wajib melampirkan surat keterangan sehat jasmani pun rohani. Berkas tersebut bukan sekadar tulisan di atas secarik kertas. Berbagai aspek khususnya rohani atau psikis dicek. Seperti ketahanan stres, kemampuan mengolah emosi, dan aspek psikis lainnya. Tes psikologi bersifat prediktif. Memberi gambaran bagaimana sosok yang bersangkutan. Dipahami para caleg, menjadi bahan refleksi sekaligus evaluasi. Menyadari bahwa kondisi kesehatan mental belum cukup baik, misalnya.

“Banyak orang menutup mata. Kesehatan mental itu masih dikesampingkan,” kata Nhira. Dari pengalamannya, dia pernah menerima klien dari kasus caleg gagal.

Mulanya klien datang bukan untuk menceritakan kondisi ayahnya yang gagal duduk di kursi legislatif. Klien meminta pertolongan untuk masalah lain. Ternyata setelah dirunut, akarnya adalah sang ayah gagal caleg.

“Dia korban. Kondisinya bukan dari keluarga yang berada. Seluruh harta dikorbankan untuk kampanye. Dulu rumah sendiri, sekarang menyewa. Dulu kendaraan pribadi, sekarang angkutan umum. Semua kebanggaan dia hilang,” tutur Nhira.

Awalnya klien memiliki kepercayaan diri yang bagus. Semakin lama, lingkungan mulai menyudutkan. Tetangga nyinyir sana-sini. Sang ayah tidak mampu mengatasi kekalahan. Di rumah uring-uringan, mudah marah. Otomatis berdampak pada seluruh anggota keluarga. Tidak hanya caleg yang berpotensi mengalami gangguan, keluarga turut terkena imbasnya. Sebab, dinamika gangguan psikologis bergantung ketahanan stres dan kognitif.

Stres terbagi dalam level ringan, sedang, dan berat. Nhira menjelaskan, seseorang dikatakan stres tidak harus melewati level ringan dahulu. “Bisa jadi langsung berat. Apalagi karena dia ketahanan stresnya rendah. Ditambah lingkungan keluarga kurang mendukung,” paparnya.

Nhira menyebut, perlu adanya manajemen ekspektasi, menata harapan. Tidak tinggi, tidak juga sebaliknya. Hal itu ditentukan berdasarkan alasan di balik layar. Apa yang mendorong untuk mencalonkan diri? Nhira menyebut, itu yang mesti dipahami dari awal. Jangan beranggapan, bahwa menjadi anggota legislatif adalah satu-satunya cara.

Tetapkan tujuan, namun fleksibel dengan caranya. Mempersiapkan keluarga juga penting. Memberi pengertian dan jangan memberikan harapan atau ekspektasi tinggi terhadap keluarga.

Halaman:

Editor: wahyu-Wahyu KP

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X