Diyakini Investasi Tetap Bergairah, Segini Perkiraannya...

- Senin, 7 Januari 2019 | 07:31 WIB

JAKARTA – Tahun ini investasi diyakini tetap mengalir deras. Pemerintah memproyeksikan nilai investasi yang masuk di industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT) pada 2019 sebesar Rp 130 triliun. Penanaman modal tersebut diyakini dapat memperdalam struktur sektor manufaktur sekaligus menyubstitusi produk impor.

”Di tahun politik ini, sejumlah investor jangka panjang masih tetap jalan. Kami berharap investasi itu turut mendongkrak pertumbuhan industri nasional,” ujar Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono, Jumat (4/1).

Dari sektor IKFT, nilai investasi di industri kimia diperkirakan paling besar karena tergolong padat modal dan membutuhkan teknologi tinggi. Selain itu, industri kimia dinilai berperan strategis sebagai sektor hulu lantaran produksinya dibutuhkan sebagai bahan baku oleh industri lain. ”Sudah ada beberapa investor yang tertarik untuk ekspansi di industri hulu kimia. Misalnya dari Korea Selatan,” tambahnya.

Beberapa waktu lalu terealisasi pembangunan industri petrokimia untuk memproduksi naphtha cracker di Cilegon, Banten. Investasi tersebut merupakan komitmen PT Lotte Chemical Indonesia yang menggelontorkan USD 3,5 miliar untuk menghasilkan naphtha cracker 2 juta ton per tahun. Selain itu, PT Chandra Asri Petrochemical menyuntikkan USD 5,4 miliar yang, antara lain, digunakan untuk memproduksi naphtha cracker 2,5 juta ton per tahun.

”Kami mendorong percepatan pembangunan kompleks petrokimia tersebut sehingga mendukung pengurangan impor produk petrokimia minimal 50 persen. Kami juga berharap proyek ini mengutamakan komponen lokal dan melibatkan tenaga kerja dalam negeri,” urainya.

Selain itu, Sigit optimistis, pertumbuhan industri farmasi di Indonesia mampu menembus level 7–10 persen pada 2019. Selain dipacu peningkatan investasi, kinerja positif industri farmasi terkatrol program jaminan kesehatan nasional (JKN). ”Program itu masih menjadi magnet bagi investor untuk menanamkan modalnya karena meningkatkan demand,” paparnya.

Dia menyebutkan, sudah ada investor Korea Selatan yang menyatakan minat membangun industri tekstil di Indonesia. ”Ketertarikan investor asing di sektor tesktil masih cukup tinggi,” ujarnya. Selain investor dari Negeri Ginseng, pemodal Tiongkok siap menanamkan Rp 10 triliun untuk masuk ke industri tekstil yang tergolong sektor padat karya.

Seiring upaya menggenjot investasi, Kemenperin mengakselerasi pembangunan kawasan industri di luar Jawa dengan tujuan mendorong pemerataan infrastruktur dan ekonomi di seluruh Indonesia. Pada 2019, ditargetkan pembangunan 18 kawasan industri di luar Jawa selesai. Hingga November 2018, sepuluh kawasan industri yang termasuk proyek strategis nasional (PSN) sudah beroperasi.

Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI) Sanny Iskandar menyatakan, pihaknya menyambut baik perhatian pemerintah yang fokus menarik investasi baru dan ekspansi berbagai sektor industri. ”Total industri yang sudah dibangun lebih dari 9 ribu perusahaan manufaktur,” ujarnya.

Menurut Sanny, selama periode 2015–2017, sektor manufaktur yang telah menanamkan modal di seluruh kawasan industri di Indonesia mencapai Rp 126,5 triliun. Investasi di tiga tahun terakhir tersebut terdiri atas penanaman modal asing (PMA) Rp 103 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp 23,5 triliun. Selain itu, investasi sektor manufaktur di 13 kawasan industri baru pada 2018 menembus Rp 250,7 triliun dengan penyerapan 112 ribu tenaga kerja. (agf/jpg/ndu2/k18)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X