BALIKPAPAN - Upaya memperlebar kemitraan perdagangan dan investasi ke Eropa Timur dan Tengah dinilai strategis. Selain nilai kerja sama yang tengah dalam tren meningkat, Indonesia juga memiliki karakteristik produk yang jarang ditemui di kawasan tersebut.
Hal itu diungkapkan Heryono Hadi Prasetyo, atase Perdagangan RI di Moskow, Rusia. Dia mengatakan, peluang pasar produk Indonesia terbuka lebar, lantaran negara pecahan utama Uni Soviet itu tak memiliki akses bebas ke kawasan di sekitarnya.
“Hubungan Uni Eropa dan Amerika Serikat dengan Rusia itu kurang harmonis secara politik. Sebagian komoditas dagang, diembargo. Karenanya, mereka pasti antusias mengarahkan kerja sama ke kawasan Asia-Pasifik,” ucap pria yang akrab disapa Noli itu.
Terlebih, lanjut dia, dalam kurun lima tahun terakhir, nilai perdagangan Indonesia dengan Rusia dalam tren positif. “Kita punya komoditas seperti karet alam, kopi, teh, hasil laut yang diekspor ke sana belakangan ini,” lanjut dia.
Menurut Noli, Rusia merupakan negara dengan kemampuan teknologi yang sangat mumpuni. Namun di sisi lain, kemampuan mereka menyediakan kebutuhan pangan dan lainnya dari hasil pertanian, relatif lemah. “Mereka punya empat musim setahun, dan ekspor-impornya banyak diblok oleh Uni Eropa. Di situlah peluang kita,” imbuh dia.
Dalam waktu dekat, lanjutnya, Pemerintah Rusia mau bangun food city, dengan lahan yang lebih luas dibandingkan pusat perbelanjaan. Beberapa negara, disebut Noli sudah bersedia partisipasi, dengan menjadi tenant permanen di sana.
“Bentuk kerja samanya, menurut saya menarik. Bisa kontak saya atau Kedubes RI untuk siapa pun yang mau terlibat. Pangsa pasarnya, nanti tak hanya di Rusia, tapi seluruh negara pecahan Uni Soviet,” urainya.
Disebut Noli, Rusia memang tengah dalam posisi melihat prospektif bagus di Asia Tenggara, untuk kerja sama perekonomian. “Beberapa negara, seperti Vietnam, sudah banyak menikmati kerja sama itu. Kita harus optimalkan kesempatan ini,” pungkasnya. (man/lhl/k15)