SAMARINDA - Nilai impor Kaltim mengalami penurunan. Yakni, sebesar 13,48 persen. Hal ini dianggap hal yang baik, dibanding ekspor yang menurun. Pasalnya, konsumsi dari luar negeri yang berkurang mengartikan provinsi ini mulai menekan ketergantungan komoditas luar negeri.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, impor pada November 2015 mencapai USD 0,35 miliar atau mengalami penurunan sebesar 13,48 persen dibanding kegiatan permintaan kiriman komoditas pada bulan sebelumnya. Sementara bila dibanding November 2014 mengalami penurunan sebesar 40,21 persen.
Baik keadaan impor migas maupun nonmigas, mengalami penurunan. Aden mengatakan, Kaltim perlahan mengalami perubahan pola perdagangan komoditas sumber daya alam (SDA). Namun, beberapa komoditas pangan masih ada yang belum bisa ditinggalkan.
“Impor migas pada November 2015 mencapai USD 0,26 miliar, turun 7,73 persen dibanding Oktober 2015. Sementara impor nonmigas November 2015 mencapai USD 0,09 miliar, turun 26,50 persen dibanding Oktober 2015,” ungkap Kepala BPS Kaltim Aden Gultom dalam keterangan resminya belum lama ini.
Secara kumulatif, lanjut Aden, nilai impor Kaltim periode Januari-November 2015 mencapai USD 4,96 miliar, atau menurun 35,82 persen dibanding periode yang sama pada 2014. Dari seluruh impor di periode Januari-November 2015, impor migas mencapai USD 3,77 miliar atau menurun 40,48 persen, dan nonmigas mencapai USD 1,19 miliar atau menurun 14,66 persen.
“Neraca perdagangan Kaltim pada November 2015 surplus sebesar USD 0,98 miliar, lebih kecil dibanding surplus pada bulan sebelumnya, yaitu USD 1,00 miliar. Jadi, kumulatif neraca perdagangan dari Januari sampai November 2015 surplus sebesar USD 11,14 miliar,” paparnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Samarinda Jony Bachtiar menerangkan, beberapa pangan lokal di ibu kota Kaltim masih belum bisa move on dari pasokan luar negeri. Antara lain, seperti kentang dan tomat. Juga, buah-buahan yang masih mengimpor dari negara tetangga mulai dari Thailand, sampai Tiongkok.
“Di Samarinda ini, hanya terdapat kebun bawang, buncis, kol, dan beras. Tapi, hasil pertaniannya tidak cukup. Makanya masih minta kiriman dari luar. Baik luar provinsi maupun luar negeri,” paparnya, saat ditemui belum lama ini. (*/mon/lhl/k18)