Konsep bisnis penjualan makanan menggunakan kendaraan atau food truck kini tengah menjamur di berbagai kota besar Indonesia. Termasuk di Samarinda.
BEN'S FOOD TRUCK milik Beny Kantono jadi salah satu truk restoran yang laris manis di Kota Tepian. Beny bercerita, bisnis ini sudah dijalankan hampir dua tahun.
“Di Malaysia, saya sering melihat orang berjualan makanan cepat saji di atas truk. Jadi saya coba menerapkan konsep yang sama di Samarinda. Kebetulan saat itu belum ada food truck di sini,” kata Beny.
Ilmu memasak diperoleh Beny dari Taylors University, Selangor, Malaysia. Di sana dia mulai mengenal ragam masakan. Satu yang disukai Beny adalah masakan bergaya barat.
Itu sebabnya, truk restoran miliknya menyajikan aneka olahan pasta. Tersedia menu lain seperti hamburger dan lain-lain sebagai tambahan.
“Ada menu pasta biasa seperti creamy fungi atau aglio olio. Namun, ada juga menu kreasi saya pribadi. Syukur, respons pembeli sangat baik,” ucapnya.
Setiap hari dia bisa memasak mulai dari 50 hingga 100 porsi. Tiap porsi makanan dijual mulai dari Rp 20 ribu sampai Rp 28 ribu.
Beny mengatakan, keuntungan bisa berlipat ganda bila truk restoran miliknya terparkir di sebuah event semacam pop market atau food festival.
Dia mengatakan, perkembangan bisnis food truck sangat terbantu dari kehadiran jejaring media sosial. Peluang ini dimanfaatkan sebagai sarana promosi. Tak heran bila foto-foto food truck miliknya banyak menghiasi halaman Facebook, Instagram, dan lain-lain.
Food truck, sebenarnya menggunakan truk. Namun, beberapa kondisi yang kurang mendukung, dia dan sang adik, Chatrina Kantono, pun mengubah konsep menjadi ala mereka.
“Awalnya saya mau menggunakan truk, hanya saja melihat kondisi jalan Samarinda yang sering macet. Belum lagi lahan parkir terbatas jadi memilih menggunakan pikap. Kebetulan yang mendesain adik saya sendiri yang kuliah di jurusan desain Universitas Lim Kok Wings, Malaysia,” paparnya.
Beny menyebut, untuk mendapatkan satu unit truk yang sudah dimodifikasi memang membutuhkan biaya cukup besar. Dia menghabiskan sekitar Rp 200 juta. Namun modal awal ini, kata dia, bisa kembali hanya dalam waktu singkat.
“Anak muda di Samarinda suka jajan dan mencoba hal baru. Jadi untuk konsep food truck, peminatnya cukup banyak,” jelas Beny. (*/roe/lhl/k15)