Proyeksi city gas atau gas perkotaan dinanti banyak pihak. Dari 10 kabupaten/kota di Kaltim, baru Bontang yang punya fasilitas ini.
AJIE CANDRA, Denpasar
KOTA terdekat lain yang masyarakatnya sudah menikmati jaringan city gas ini adalah Tarakan, yang kini masuk wilayah Kalimantan Utara. Dalam waktu dekat, daerah lain provinsi pecahan Kaltim itu, Bulungan, menjadi sasaran pengembangan selanjutnya.
“Dalam rencana jangka panjang, ada 21 wilayah yang akan menjadi lokasi pengembangan city gas. Saat ini, posisinya masih 10 wilayah,” ucap Ibrahim Hasyim, anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).
Sepuluh wilayah yang sudah menjadi lokasi pengembangan city gas, kata dia, adalah Jabodetabek, Palembang, Jambi, Prabumulih, Cirebon, Surabaya, Sidoarjo, Sengkang, Tarakan, dan Bontang.
Selain Bontang, proyeksi city gas sebenarnya juga tengah disiapkan di Balikpapan. Yakni, dengan distribusi dari stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) Mother Section di Karang Anyar. Daerah lain juga disebut-sebut menyusul setelahnya.
Namun, rencana tersebut terkendala persetujuan dari beberapa pihak. Alasan utama, adalah belum adanya kepastian pihak yang siap memasok gas secara berkelanjutan. Dikhawatirkan, investasi infrastruktur akan terbengkalai jika tak beroperasi menyalurkan gas.
Kabar mengenai berjalannya proyek city gas, kembali terkuak ke permukaan. Komisi VII DPR menyatakan, telah disetujui anggaran Rp 1 triliun untuk proyek ini. Rinciannya, masing-masing Rp 500 miliar untuk Balikpapan dan Samarinda.
Untuk urusan city gas ini, Kaltara justru lebih dulu menyiapkan jaringan barunya. Dalam waktu dekat, masyarakat di sebagian wilayah Bulungan segera menikmati infrastruktur ini. Bersama delapan daerah lain, di kabupaten yang menjadi pusat pemerintahan Pemprov Kaltara itu sudah dipasangi pipa untuk city gas.
“Penggarapan investasi city gas yang sedang dan akan berjalan, masih menggunakan APBN. Nantinya, karena langsung disuplai ke permukiman, harga jual gas di level konsumen relatif lebih murah. Alasan lainnya adalah karena BPH Migas sendiri yang menetapkan harga,” beber Ibrahim.
Penetapan harga yang masih satu pintu inilah, yang disebut Ibrahim menjadi penghambat minat swasta mengembangkan modal untuk city gas. Jika bernilai ekonomis dan menguntungkan dari perhitungan swasta, dia meyakini, sudah banyak yang berminat.
“Tapi, dengan ketetapan yang berlaku sekarang, ada beberapa pihak investor swasta yang berencana menggarap city gas. Ada tiga kecamatan di Kabupaten Prabumulih, Sumatra Selatan yang diminati,” kata dia.
Meski harga jualnya relatif lebih rendah dibanding gas rumah tangga saat ini, Ibrahim menilai, city gas cukup strategis untuk investasi. Alasannya, kata dia, adalah besarnya pasar pengguna. “Di setiap daerah pengembangan, ditarget setidaknya 4.000 kepala keluarga yang menjadi konsumen,” imbuhnya.
Dia menambahkan untuk pengelolaan city gas ini saat ini akan dilaksanakan Pertamina Gas (Pertagas) dan PT PLN (Persero), dengan melibatkan perusahaan daerah. “Memang agak rumit untuk pengelolaannya,” tambahnya. (man/k15/habis)