PROKAL.CO, KARYAWAN memang menjadi elemen penting dalam usaha. Nurma Aulia Rahmadhani sangat sadar akan hal itu. Kini dia sudah memiliki empat karyawan tetap yang mampu dipercaya. Namun, memilih karyawan ternyata tidak mudah. Beberapa kali Nurma membuka lowongan pekerjaan untuk membantunya. Ada yang datang, ada yang pergi.
Menambah karyawan dimulai saat pertengahan 2016. Pesanan yang semakin membeludak dengan kondisi Nurma yang menangani sendiri, membuatnya butuh bantuan orang lain. “Dulu itu karyawan saya beragam. Ada yang anak kuliahan, ada yang lulusan sarjana, sampai sekarang ya yang betah itu ibu-ibu. Mungkin kalau kayak anak kuliah gitu masih gengsi sama bisnis begini. Tapi kalo ibu-ibu tuh mereka semangat dan giat kerjanya,” ungkap dia.
Pertama kali membuka lowongan, Nurma masih menerima mahasiswa walau jam kerja setengah hari. Tapi karena satu dan lain hal, entah mengapa karyawan itu seperti setengah hati dalam menjalankan pekerjaannya.
“Kalau disuruh gitu dia suka cemberut. Nah kan jadinya enggak enak kalau bekerja dengan orang yang seperti itu. Akhirnya dia lama-lama berhenti sendiri. Enggak saya pakai lagi,” lanjut Nurma.
Nurma ingin mengembangkan usaha bukan untuk dirinya saja, tapi untuk orang lain. Dengan bisnis itu dia mampu membuka lapangan pekerjaan khususnya ibu rumah tangga. Melihat karyawan-karyawan yang sudah pernah bekerja dengan dia sebelumnya, kini jika ingin membuka lowongan, Nurma mengutamakan para ibu. Jika belum terlalu lancar dalam menghias mahar atau hantaran pun tak dijadikan sebagai masalah besar. Dia akan mengajari dari awal.
“Soalnya kalau ibu-ibu kan biasanya butuh biaya tambahan. Jam kerja mereka pun saya sesuaikan. Masuknya dari jam 9 pagi sampai 3 sore. Maksudnya ya biar mereka masih bisa mengurus keluarganya juga. Kecuali kalau ada yang darurat banget, baru saya minta lembur,” ucap anak pertama dari tiga bersaudara itu.
Ingin bisnisnya lebih baik di kemudian hari, Nurma rutin mengadakan evaluasi setiap bulan. Biasanya yang mereka diskusikan adalah keluhan apa saja yang datang dari klien atau bagaimana caranya mengingatkan klien tentang tujuan dari Orlin’s Art. Terkadang, Nurma suka mengajak karyawannya berlibur. Sekadar melepas penat.
Sebelum mendapat banyak klien seperti sekarang, keluarga Nurma sempat meragukan bisnis yang dijalani. Mereka khawatir dengan keberlangsungan usaha yang dirintis. Sang suami sempat skeptis dengan keinginannya.
“Saya cuekin aja kalau ada yang ngomong ini-itu. Kalau dengerin omongan orang, itu akan menarik kita ke bawah bukan bikin kita semangat. Kadang kan kata-kata yang negatif itu bakal menahan kita dari kemajuan. Bukannya narik kita ke atas malah ke bawah. Jadi enggak usah didengerin,” ucapnya santai.
Nurma masih ingat saat di Universitas Telkom Bandung, seorang dosen pernah meminta para mahasiswa untuk menulis keinginan yang hendak dicapai. Nurma menulis ingin mempunyai usaha dengan penghasilan Rp 25 juta per bulan. Meski menulis itu hanya iseng belaka, siapa sangka keinginan yang dia tulis semasa kuliah telah terwujud. Lewat usahanya, dalam setahun mampu meraup omzet hingga Rp 300 juta.
“Ternyata kalau kita percaya sama mimpi dan terus berdoa, itu bakal terjadi. Saya juga belajar dari seorang teman, kalau kita punya mimpi ya jangan diremehkan. Pasti ada jalannya jika mau berusaha,” ucapnya tersenyum kecil.
Dia nekat dan saat mempunyai ide, tak ingin ide itu hanya mendekam di dalam kepala. Nurma harus menunjukkan idenya pada orang-orang dan jangan takut ditolak.
“Saya kira lingkungan juga ikut berpengaruh. Jika ingin memulai bisnis, bergabunglah dengan orang-orang yang juga mempunyai bisnis agar bisa saling berbagi. Enggak usah mikirin modal dulu. Modal itu kuncinya cuma dua, yaitu niat dan kemampuan. Yang paling penting harus punya mental kuat dan mengikuti zaman,” pungkas Nurma. (*/ysm/rdm/k8)