PROKAL.CO, SANGATTA - Musim kemarau mulai menunjukkan mara bahaya di Kutai Timur (Kutim) dan sekitarnya. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di Dusun Kenyamukan, Kecamatan Sangatta Utara, selama beberapa jam. Warga pun terancam, takut api ikut menyebar ke kawasan permukiman.
Kekeringan di Sangatta tak dapat dicegah. Kemarau benar-benar membuat gersang. Kebakaran itu terjadi selama tiga jam pada Minggu (23/9) pukul 14.11–17.00 Wita. Bahkan, dikabarkan kebakaran kembali terjadi kemarin (24/9). Namun, informasi terbaru tersebut masih simpang siur.
Ironisnya, ada campur aduk perdebatan beda kewenangan antara Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kutim dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim. Dari pantauan Kaltim Post, asap tipis bersama bau hangusnya masih berseliweran di udara Sangatta, sekitar Jalan AW Syahranie (eks Jalan Pendidikan).
Berdasar pengalaman di Kaltim, asap kebakaran hutan sulit menjauh dari udara ketika kemarau. Kepala DPKP Kutim Joko Sutikno menjelaskan, kebakaran tersebut ditangani oleh pihaknya dengan saksama selama dua jam. Yakni, dengan mengerahkan dua mobil pemadam kebakaran.
Padahal, lanjut dia, penanganan kebakaran di hutan bukan kewenangan pihaknya, melainkan BPBD. Pihak DPKP yang dibawahi pemkab hanya ditugasi memadamkan api di permukiman. “Tapi, saat itu kami yang justru konsentrasi memadamkannya. Sementara anggota BPBD hanya datang sebentar melihat, lalu pulang," ucapnya, dengan nada kecewa.
Joko mengaku khawatir jika api di kawasan hutan gagal dipadamkan, sehingga merembet ke permukiman warga. “Kalau nanti merembet ke permukiman, takutnya kami sudah kehabisan bahan bakar. Sebab, anggaran kami ini terbatas. Kami hanya diwenangi untuk mengatasi kebakaran permukiman, bukan hutan,” tegas Joko.
Padahal, ungkap Joko, belum lama ini BPBD sempat melakukan aksi penyemprotan memamerkan peralatan di depan umum. Yakni, diduga menggunakan peralatan milik Dinas Kehutanan.
Untuk diketahui, BPBD Kutim beberapa waktu lalu sempat diberitakan media ini, bahwa kantornya di Kompleks Bukit Pelangi, Sangatta Utara, sangat sepi. Saat upacara pun, hanya sebagian pegawai yang datang. Setelah itu, pegawai pergi keluar. Alasannya, tak ada kegiatan dengan dana yang mumpuni. (mon/kri/k16)